Kamis, 27 November 2014


Apa si Profesi PSIKOLOG itu ??

Menjadi psikolog merupakan sebuah hal yang lazim digeluti oleh orang yang memang mendalami ilmu psikologi. Seseorang yang memiliki berbagai masalah dapat berkonsultasi dengan para psikolog.

        Lalu, apakah psikolog itu ? Apa yang mereka lakukan sebagai bagian dari pekerjaan mereka ? Yuk, kita pelajari fakta menarik dan informasi untuk mempelajari tentang karier di bidang psikolog, seperti dilansir dari Science Kidz, Rabu (26/11/2014).

* Psikologi melibatkan studi tentang pikiran.
* Para ahli yang mengkhususkan diri dalam berbagai bentuk psikologi dikenal sebagai psikolog.
* Pelajaran penting yang berkaitan dengan psikologi terdiri dari bahasa Inggris, kimia, biologi, matematika, dan statistik.
* Psikolog biasanya memiliki kesabaran, kasih sayang, pemahaman yang baik tentang orang dan keterampilan komunikasi yang baik.
* Kebanyakan peran sebagai psikolog memerlukan gelar master atau doktor.
* Profesi psikolog sering dikaitkan dengan konseling.
* Psikolog dapat mengkhususkan diri dalam sejumlah bidang yang berbeda, sehingga karier sebagai psikolog berbagai macam, seperti psikolog medis, psikolog perilaku, psikolog pendidikan, psikolog kesehatan, psikolog forensik, psikolog sosial, dan banyak lagi.
* Sebuah pekerjaan sebagai psikolog mungkin melibatkan kegiatan mengamati pasien, mengembangkan pengobatan, konseling kelompok dan individu, administrasi tes psikologi, perencanaan program pendidikan, menulis laporan dan melakukan penelitian.
* Psikolog dan psikiater memiliki nama serupa dan keduanya bekerja untuk meringankan depresi dan stres mental, tetapi ada perbedaan penting. Psikiater merupakan dokter medis dan dapat memberikan resep obat sebagai bagian dari pengobatan mereka, sementara psikolog terutama menggunakan konseling untuk membantu pasien mereka. Mereka juga memiliki pelatihan yang berbeda dan latar belakang pendidikan.

Daftar Pustaka 
Ringkasan ini tidak tersedia. Harap klik di sini untuk melihat postingan.

Jumat, 21 November 2014


4 Kalimat ''HARAM'' Diucapkan di Depan Anak Anda


Saat kesal, seringkali Mama melontarkan kalimat yang semestinya tidak diucapkan depan anak. Tidak ingat, ucapan apa saja itu ? Ini empat kalimat yang pantang terucap depan anak.

1. "Jangan ganggu mama"

        Anak-anak seringkali tidak bisa membiarkan mamanya tidak memperhatikan mereka. Akibatnya, saat mama perlu menyelesaikan banyak hal, si kecil bisa mengganggu mama. Tanpa sadar Anda melontarkan kalimat ini, "Jangan ganggu Mama!”
         Jika terbiasa mendengar kalimat ini, mereka dapat merasa ditolak dan belajar benar-benar tidak ‘menyentuh’ Anda lagi. Parahnya, perasaan ini bisa mempengaruhi perkembangannya. Ia menjadi malas berbagi cerita dengan Anda. Ia bisa berpikir, "Mama kan, tidak mau diganggu.
         Lantas kalimat apa yang sebaiknya diucapkan Anda mungkin bisa mencoba untuk memberi peringatan kepada anak-anak sebelum mulai bekerja, “Baik anak-anak, sekarang mama perlu waktu sendiri. Kalau mama tidak diganggu, akan lebih cepat selesai dan kita lebih cepat main bersama.”

2. "Kamu itu…"

        Tanpa sadar orang dewasa sering memberi label, termasuk orangtua kepada anaknya. Seperti, Calista si pintar, Tasya si tembem, Lia si pemalu, Rico si nakal, dan sebagainya. Anak-anak percaya apapun yang mereka dengar tanpa bertanya lagi.
         Label negatif bisa mereka yakini dan akhirnya menjadi kenyataan. Lia ‘si pemalu’ butuh waktu lama hingga ia dewasa untuk menghapus keyakinan bahwa dirinya pemalu. Namun sebaliknya, label netral ataupun positif juga menjadikan anak dan lingkungan sekitar memiliki ekspektasi tertentu terhadap anak tersebut. Bisa jadi label ‘pintar’ membuat Calista merasa tertekan ketika tidak menjadi rangking 1 di kelasnya.
         Cara terbaik adalah mencoba menghindari menggunakan kata sifat saat menghadapi ulah anak-anak. Misalnya, “Rico ‘kan tahu kalau bermain bersama tidak boleh memukul, nanti temannya sedih dan tidak mau main sama kamu lagi.”

3."Jangan Nangis!"

        Anak-anak mudah kecewa dan seringkali tidak tahu bagaimana mengungkapkan perasaannya, dan semuanya bisa berujung dengan tangisan. Ketika Mama melarangnya menangis tidak berarti mereka akan merasa lebih baik, tapi juga membuat mereka tidak memahami emosi dengan benar. Pengertian mereka sedih, kecewa, takut bukanlah hal baik.
         Daripada melarangnya, Anda bisa bicara kepadanya dengan memastikan bahwa Anda mengerti perasaannya. “Kamu pasti sedih ketika mainanmu rusak” atau “Suara petir memang menakutkan. Kamu bisa tutup telinga dan peluk Mama. Tidak lama lagi suaranya akan pergi ‘kok.”

4. "Kayak dia, dong."

        Anda pikir dengan membandingkan, anak akan terpacu dan berubah. Sebaliknya, memaksakan anak melakukan hal yang ia belum siap (atau tidak disukai) seringkali menjadi bumerang. Selain anak justru cenderung melawan permintaan Anda, anak bisa juga merasa rendah diri hingga kehilangan jati dirinya, karena dia merasa dirinya tidak sesuai harapan Anda.
      Padahal Anda bermaksud baik yaitu mengusahakan anak Anda memenuhi tahapan perkembangan. Tidak ada individu yang sama, begitupun seorang anak. Mereka unik dan memiliki waktu masing-masing untuk mencapai tahapan perkembangannya.
         Bisa saja ia lambat di satu bidang namun lebih cepat di bidang lain. Terkadang bisa lambat di semua hal, namun akhirnya mencapai beberapa tahapan bersamaan. Daripada membandingkan, berilah dia semangat dan penghargaan ketika berhasil melakukan sesuatu.

SEMUA BERAWAL DARI KEJUJURAN


MENGAPA DENMARK MENJADI NEGARA PALING MAKMUR DI DUNIA
Padahal negaranya tidak memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah, Padahal Musim di negaranya sangatlah Ekstrim karena dekat dengan kutub utara. Padahal di negeri ini matahari dan siang hari hanya sebentar saja, terutama di musim dingin. Tapi mengapa bisa ya ?
Inilah jawabannya !
Suatu hari tanpa sengaja Tuhan, mengarahkan jari-jemari saya melalui google untuk membuka sejarah negara Denmark.
Dari info Wikipidia yang kebetulan saya baca ternyata Denmark adalah negara Paling Nyaman untuk tempat tinggal manusia di dunia, negara dengan pendapatan penduduk paling tinggi di dunia, juga menjadi negara paling makmur didunia paling bersih di dunia hingga mendapat gelar "Negeri Dongeng".
Meskipun kemudian tingkat kenyamanannya tergeser oleh New Zealand. New Zealand menempati urutan pertama negara paling Nyaman untuk tempat tinggal manusia di dunia.
Sebagai seorang pelajar, saya langsung berpikir bahwa mungkin yang menjadi penyebab Denmark dan New Zealand menjadi negara termakmur adalah karena pendidikan mereka yang sangat baik.
Ah... namun ternyata dugaan saya keliru. Orang-orang Denmark justru percaya bahwa penyebab dari negaranya menjadi negara ter-makmur, ternyaman dan teraman adalah karena Masyarakatnya Jujur.
Orang Denmark percaya bahwa semua kebaikan yang ada di negaranya berawal dari KEJUJURAN, pada saat seorang jujur maka semua fasilitas umum untuk rakyat akan terbangun dengan baik oleh pemerintah, sebagaimana mestinya sesuai standar mutu yang telah di tetapkan di segala bidang mulai dari Kesehatan, Pendidikan, Kesejahteraan dll.
Masyarakat Denmark percaya bahwa kejujuran bisa melahirkan segalanya, Mereka percaya bahwa setiap manusia itu pintar, dengan kejujuran maka setiap kepintaran manusia akan menjadi manfaat bagi sesama dan seluruh negeri.
Mereka yakin jika setiap aparat pemerintah jujur, mulai dari pejabat, menteri, polisi dan seterusnya dan rakyatnya jujur maka sebuah negara bisa menjadi makmur tanpa perlu menjadi yang PALING PINTAR dibidang pendidikan.
Ternyata memang benar, Denmark masuk dalam salah satu negara dengan tingkat korupsi NYARIS NOL, seperti juga di Finlandia dan New Zealand.
Karena kejujuran itulah akhirnya pendidikan di negara ini pun menjadi lebih baik dan sangat maju.    
Jadi tidak salah jika kita katakan bahwa KETIDAK JUJURAN (mental korup), akan melahirkan bencana berantai dalam sebuah negara.
Mereka begitu yakinnya bahwa Kejujuran adalah awal dari semua kebaikan dan bukannya KEPINTARAN. Untuk tetap mempertahankan apa yang sudah kami Yakini. Bahwa KARAKTER, PERILAKU dan KEJUJURAN adalah landasan untuk MEMBANGUN INDONESIA YANG KUAT DAN MAKMUR. Dan bukan angka2 akademik yang tertera di buku Raport. Terimakasih Tuhan, Engkau selalu menguatkan kami untuk selalu tegar pada apa yang kami yakini benar dalam sistem pendidikan dan sekolah kami.

Daftar Pustaka  
-ayah edy-
www.ayahkita.com 
MASA ORIENTASI SISWA SEKOLAH (MOSS)
BUDAYA PENJAJAHAN UNTUK BANGSA TERJAJAH
BUDAYA PARA PENJAJAH YANG TIDAK PERNAH DI TERAPKAN UNTUK ANAK-ANAK BANGSA MEREKA SENDIRI
BUDAYA MENGHUKUM DAN MENGHAKIMI PARA PENDIDIK DI INDONESIA
BUDAYA KEBODOHAN YANG MASIH TERUS DILESTARIKAN HINGGA HARI INI
-Mulai sejak SD hingga Perguruan Tinggi-
-Mulai dari guru dan dosen hingga para Senior ke Junior-
Ditulis oleh: Prof. Rhenald Kasali (Guru Besar FE UI)
LIMA belas tahun lalu saya pernah mengajukan protes pada guru sebuah sekolah tempat anak saya belajar di Amerika Serikat. Masalahnya, karangan berbahasa Inggris yang ditulis anak saya seadanya itu telah diberi nilai E (excellence) yang artinya sempurna, hebat, bagus sekali. Padahal dia baru saja tiba di Amerika dan baru mulai belajar bahasa.
…Karangan yang dia tulis sehari sebelumnya itu pernah ditunjukkan kepada saya dan saya mencemaskan kemampuan verbalnya yang terbatas. Menurut saya tulisan itu buruk, logikanya sangat sederhana. Saya memintanya memperbaiki kembali, sampai dia menyerah.
Rupanya karangan itulah yang diserahkan anak saya kepada gurunya dan bukan diberi nilai buruk, malah dipuji. Ada apa? Apa tidak salah memberi nilai? Bukankah pendidikan memerlukan kesungguhan? Kalau begini saja sudah diberinilai tinggi, saya khawatir anak saya cepat puas diri.
Sewaktu saya protes, ibu guru yang menerima saya hanya bertanya singkat. “Maaf Bapak dari mana?”
“Dari Indonesia,” jawab saya.
Dia pun tersenyum.
BUDAYA MENGHUKUM
Pertemuan itu merupakan sebuah titik balik yang penting bagi hidup saya. Itulah saat yang mengubah cara saya dalam mendidik dan membangun masyarakat.
“Saya mengerti,” jawab ibu guru yang wajahnya mulai berkerut, namun tetap simpatik itu. “Beberapa kali saya bertemu ayah-ibu dari Indonesia yang anak anaknya dididik di sini,” lanjutnya. “Di negeri Anda, guru sangat sulit memberi nilai. Filosofi kami mendidik di sini bukan untuk menghukum, melainkan untuk merangsang orang agar maju. Encouragement! ” Dia pun melanjutkan argumentasinya.
“Saya sudah 20 tahun mengajar. Setiap anak berbeda-beda. Namun untuk anak sebesar itu, baru tiba dari negara yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris, saya dapat menjamin, ini adalah karya yang hebat,” ujarnya menunjuk karangan berbahasa Inggris yang dibuat anak saya.
Dari diskusi itu saya mendapat pelajaran berharga. Kita tidak dapat mengukur prestasi orang lain menurut ukuran kita.
Saya teringat betapa mudahnya saya menyelesaikan study saya yang bergelimang nilai “A”, dari program master hingga doktor.
Sementara di Indonesia, saya harus menyelesaikan studi jungkir balik ditengarai ancaman drop out dan para penguji yang siap menerkam. Saat ujian program doktor saya pun dapat melewatinya dengan mudah.
Pertanyaan mereka memang sangat serius dan membuat saya harus benar-benar siap. Namun suasana ujian dibuat sangat bersahabat. Seorang penguji bertanya dan penguji yang lain tidak ikut menekan, melainkan ikut membantu memberikan jalan begitu mereka tahu jawabannya. Mereka menunjukkan grafik-grafik yang saya buat dan menerangkan seterang-terangnya sehingga kami makin mengerti.
Ujian penuh puja-puji, menanyakan ihwal masa depan dan mendiskusikan kekurangan penuh keterbukaan.
Pada saat kembali ke Tanah Air, banyak hal sebaliknya sering saya saksikan. Para pengajar bukan saling menolong, malah ikut “menelan” mahasiswanya yang duduk di bangku ujian.
***
Etika seseorang penguji atau promotor membela atau meluruskan pertanyaan, penguji marah-marah, tersinggung, dan menyebarkan berita tidak sedap seakan-akan kebaikan itu ada udang di balik batunya. Saya sempat mengalami frustrasi yang luar biasa menyaksikan bagaimana para dosen menguji, yang maaf, menurut hemat saya sangat tidak manusiawi.
Mereka bukan melakukan encouragement, melainkan discouragement. Hasilnya pun bisa diduga, kelulusan rendah dan yang diluluskan pun kualitasnya tidak hebat-hebat betul. Orang yang tertekan ternyata belakangan saya temukan juga menguji dengan cara menekan. Ada semacam balas dendam dan kecurigaan.
Saya ingat betul bagaimana guru-guru di Amerika memajukan anak didiknya. Saya berpikir pantaslah anak-anak di sana mampu menjadi penulis karya-karya ilmiah yang hebat, bahkan penerima Hadiah Nobel. Bukan karena mereka punya guru yang pintar secara akademis, melainkan karakternya sangat kuat: karakter yang membangun, bukan merusak.
Kembali ke pengalaman anak saya di atas, ibu guru mengingatkan saya. “Janganlah kita mengukur kualitas anak-anak kita dengan kemampuan kita yang sudah jauh di depan,” ujarnya dengan penuh kesungguhan.
Saya juga teringat dengan rapor anak-anak di Amerika yang ditulis dalam bentuk verbal.
Anak-anak Indonesia yang baru tiba umumnya mengalami kesulitan, namun rapornya tidak diberi nilai merah, melainkan diberi kalimat yang mendorongnya untuk bekerja lebih keras, seperti berikut. “Sarah telah memulainya dengan berat, dia mencobanya dengan sungguh-sungguh. Namun Sarah telah menunjukkan kemajuan yang berarti.”
Malam itu saya mendatangi anak saya yang tengah tertidur dan mengecup keningnya. Saya ingin memeluknya di tengah-tengah rasa salah telah memberi penilaian yang tidak objektif.
Dia pernah protes saat menerima nilai E yang berarti excellent (sempurna), tetapi saya mengatakan “gurunya salah”. Kini saya melihatnya dengan kacamata yang berbeda.
MELAHIRKAN KEHEBATAN
Bisakah kita mencetak orang-orang hebat dengan cara menciptakan hambatan dan rasa takut? Bukan tidak mustahil kita adalah generasi yang dibentuk oleh sejuta ancaman: gesper, rotan pemukul, tangan bercincin batu akik, kapur, dan penghapus yang dilontarkan dengan keras oleh guru, sundutan rokok, dan seterusnya.
Kita dibesarkan dengan seribu satu kata-kata ancaman: Awas…; Kalau,…; Nanti,…; dan tentu saja tulisan berwarna merah menyala di atas kertas ujian dan rapor di sekolah.
Sekolah yang membuat kita tidak nyaman mungkin telah membuat kita menjadi lebih disiplin. Namun di lain pihak dia juga bisa mematikan inisiatif dan mengendurkan semangat. Temuan-temuan baru dalam ilmu otak ternyata menunjukkan otak manusia tidak statis, melainkan dapat mengerucut (mengecil) atau sebaliknya, dapat tumbuh.
Semua itu sangat tergantung dari ancaman atau dukungan (dorongan) yang didapat dari orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian kecerdasan manusia dapat tumbuh, sebaliknya dapat menurun. Seperti yang sering saya katakan, ada orang pintar dan ada orang yang kurang pintar atau bodoh.
Tetapi juga ada orang yang tambah pintar dan ada orang yang tambah bodoh.
Mari kita renungkan dan mulailah mendorong kemajuan, bukan menaburkan ancaman atau ketakutan. Bantulah orang lain untuk maju, bukan dengan menghina atau memberi ancaman yang menakut-nakuti.


Daftar Pustaka

ALHAMDULLILAH LINK SUMBER NASKAH ASLINYA DI TEMUKAN OLEH PAK IMAM: http://mm.fe.ui.ac.id/…/261-encouragement-prof-rhenald-kasa…

Minggu, 16 November 2014


Filsafat Ilmu & Ilmu Psikologi

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, ilmu psikologi merupakan ilmu yang relatif baru. Ilmu ini dulunya merupakan cabang dari dua buah ilmu, yaitu filsafat dan fisiologis. Ilmu psikologi terus berkembang seiring berjalannya waktu. Kita bisa mulai dari masa Yunani Kuno sampai pada masa kini, ilmu psikologi terus berkembang. Tetapi, bagaimana ilmu ini dapat berkembang ? Apakah ilmu psikologi merupakan ilmu yang ilmiah, yang benar – benar ilmu pengetahuan yang dapat dibuktikan secara empiris, atau hanya sebuah pseudoscience ? Untuk mengetahui jawaban tersebut, kita mulai dari asal muasal ilmu psikologi sampai ia dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan. Ilmu filsafat dan ilmu fisiologis merupakan akar dari ilmu psikologi. Berawal dari isu psyche, soul, dan mind – body problem (yang akan dibahas nantinya), ilmu psikologi berkembang sedemikian rupa sampai pada hari ini. Segala hal akan dibahas, dimulai dari aspek historisitas, filsafat, hingga ilmu pengetahuan modern untuk memahami mengapa ilmu psikologi dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan yang khas dan dapat berdiri sendiri sebagai ilmu pengetahuan.

Filsafat

Apakah itu filsafat ? Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philein, artinya mencintai dan Sophia, yang berarti kebijaksanaan (Sihotang, 2009). Dari kedua kata ini, secara harafiah kita dapat mengartikan filsafat sebagai pecinta kebijaksanaan. Tetapi, para filsuf seperti Herodotus menggunakan kata philosophein dalam arti yang lainnya. Ia menggunakan kata ini sebagai  “upaya untuk menemukan sesuatu”. Dalam artian ini, filsafat merupakan rasa ingin tahu manusia terhadap sesuatu. Menurut Sihotang (2009), Filsafat dapat didefinisikan sebagai tiga hal, yakni : 
(1) filsafat sebagai hasil perenungan. Dalam artian ini filsafat merupakan hasil permenungan terhadap hasil perenungan atau ide yang ada dalam diri manusia. Perenungan ini merupakan refleksi yang dilakukan oleh manusia kepada diri sendiri untuk mencari makna atau jawaban akan sesuatu hal yang dipikirkan dalam diri manusia. 
(2) filsafat sebagai kritik, yaitu filsafat berusaha untuk mengerti, membedakan, dan mengambil keputusan. 
(3) filsafat sebagai sebuah ilmu yang berusaha mencari kebenaran secara metodis, sistematis, rasional, dan radikal melampaui kebenaran dan pertanggungjawaban. Filsafat digunakan untuk mempertanyakan segala fenomena yang ada dalam kehidupan manusia. Kegiatan berfilsafat ini selain mempertanyakan segala fenomena yang ada juga digunakan untuk mencari jawaban atas fenomena tersebut. Artinya, tidak hanya menangkap fenomena atas pengelihatan empiris, tetapi digunakan untuk menangkap esensi (nomena) dalam sebuah kejadian. Hal ini kemudian direfleksikan dan dipertanyakan dalam diri manusia untuk mencari jawaban atas sebuah fenomena tersebut dan menggunakan akal budi manusia sebagai media utama manusia dalam mempertanyakan dan menjawab fenomena yang ada dalam diri manusia itu sendiri. Atas dasar inilah mengapa filsafat dapat dikatakan sebagai akar dari seluruh ilmu pengetahuan, karena dari kegiatan berfilsafat manusia itu sendiri, manusia dapat mencari dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam sebuah fenomena yang terjadi di sekitar manusia.

Fisiologis

Fisiologis adalah sebuah cabang ilmu yang menjelaskan tentang aktifitas otak dan organ tubuh lainnya (Kalat, 2009). Seperti yang kita ketahui, isu fisiologis dan isu biologis memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan ilmu psikologi saat ini. Isu fisiologis diawali dari perkembangan neurofisiologi. Ilmu ini mempelajari bagaimana saraf dan otot bekerja, bagaimana otak berfungsi, dan fungsi organ – organ lainnya terhadap tubuh manusia. Kaitannya isu fisiologis dan biologis terhadap ilmu psikologi adalah bagaimana hal yang terjadi dalam tubuh manusia, misalnya reaksi kimia dalam otak, pengaruh obat terhadap otak, dan lain sebagainya mempengaruhi perilaku kita. Disitulah titik dimana ilmu psikologi mempunyai peran dalam menjelaskan bagaimana perilaku tersebut bisa muncul karena aspek biologi dari diri manusia bereaksi. Ada banyak sekali teori yang bermunculan dan semua teori itu berkaitan dalam perkembangan ilmu psikologi. Sehingga sumbangsih ilmu fisiologi termasuk juga ilmu biologi memberikan pengaruh besar terhadap ilmu psikologi yang muncul dan berkembang sampai saat ini.

PSIKOLOGI DARI MASA KE MASA

Dalam subbab ini, kita akan melihat bagaimana perkembangan ilmu psikologi dari awal bagaimana psikologi ada sampai psikologi menjadi sebuah ilmu pengetahuan yang empiris. Dasar perkembangan ilmu psikologi muncul dari jaman Yunani Kuno hingga zaman modern dimana akhirnya psikologi menjadi sebuah ilmu yang empiris dan ilmiah. Ada banyak sekali tokoh dari zaman Yunani Kuno hingga zaman modern yang membahas bagaimana permulaan ilmu psikologi. Penulis tidak menjelaskan semua tokoh dalam perkembangan ilmu psikologi, tetapi penulis hanya menjelaskan beberapa tokoh yang berkaliber dalam kaitannya dengan ilmu psikologi dan relevan dari zaman ke zaman sehingga pembaca dapat dengan mudah mengerti dan memahami apa yang menjadi titik dasar dalam perkembangan ilmu psikologi dari masa ke masa hingga menjadi ilmu pengetahuan yang terus berkembang.

ZAMAN YUNANI KUNO

Socrates

Berawal dari Socrates, ia adalah guru dari Plato. Socrates banyak membahas tentang politik, ekonomi, dan ilmu sosial lainnya. Socrates dapat dikatakan sebagai pioner atau ilmuan sosial yang pertama kali ada di dunia ini. Socrates tidak secara gamblang membahas ilmu psikologi, tetapi ada sejumlah argumen yang diberikan oleh Socrates dimana pada masa ia hidup, Socrates pernah tentang psyche dan perkataan Socrates itu memiliki kemiripan dengan perkembangan ilmu psikologi modern. Socrates melihat bahwa psyche manusia, yang diartikan sebagai jiwa atau roh manusia akan meninggalkan tubuh pada saat manusia mati sebagai sebuah bayangan dan menuju kepada Hades, salah satu dewa yang ada di dalam masa Yunani Kuno. Socrates tidak secara langsung berbicara ilmu psikologi, tetapi ada sebuah point penyataan Socrates yaitu “Know thyself”. Hal ini bisa diinterpretasikan sebagai sebuah proses refleksi dalam diri manusia. Tetapi, pada zaman ini, hal ini belum digunakan ke dalam ilmu psikologi, sampai pada zaman pertengahan dimana St. Agustinus menggunakan istilah ini.

Plato

Menurut Lundin (1996), Plato yang merupakan seorang pengikut aliran dualism melihat bahwa ide merupakan bagian yang terpisah dari badan manusia. Realitas sebenarnya datang dari ide. Ide merupakan bagian yang melayang diatas manusia, tidak terbatas, tidak dapat dijangkau, dan sempurna. Tetapi, Ide tersebut dikurung didalam tubuh manusia, sehingga menurut Plato, tubuh manusialah yang memenjarakan ide tersebut sehingga ide tersebut menjadi terbatas, tidak sempurna, dan terperangkap dalam diri manusia. Seperti Socrates, Plato juga berbicara psyche atau jiwa. Tetapi, psyche yang dimaksud oleh Plato adalah moral manusia, pikiran, dan perilaku manusia yang menjadi sumber dari berbagai perilaku. Plato percaya jika jiwa manusia merupakan hal yang tidak terbatas dan abadi. Pada zaman ini dapat dilihat bahwa pemikiran para filsuf sangat konseptualis, sehingga apa yang mereka pikirkan, itulah yang mereka anggap benar sehingga konsep tentang jiwa atau psyche ini merupakan hal yang menurut kita prinitif pada saat ini. Untuk mendapatkan penjelasan lebih dalam tentang interpretasi Plato terhadap jiwa, bisa ditemukan di dalam buku yang dituliskan oleh Plato yang berjudul Reminiscence.

Aristoteles

Aristoteles merupakan seorang pengikut monisme, dimana Aristoteles menganggap bahwa jiwa dan badan manusia merupakan sebuah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Aristoteles dapat dikatakan sebagai “the first real psychologist” karena caranya dalam menjelaskan isu psikologi dengan secara keilmuan. Psikologi dalam Aristoteles dapat ditemukan di dalam dua buah bukunya, yaitu De Anima dan Parva Naturalia. Dalam De Anima, Aritoteles menjelaskan lebih mendalam tentang apa itu Psyche atau jiwa.Menurut Lundin (1996), Aristoteles menjelaskan ada empat hal dalam kausalitas, yaitu formal, efficient, final, dan material. Material merupakan benda atau hal yang ada dalam sebuah benda. Misalnya material dari sebuah meja adalah kayu. Efficient adalah adalah sesuatu yang berubah, bergerak, atau berpindah tempat. Misalnya “Kenapa kamu ke hutan?” dan jawabannya adalah “untuk mengambil kayu membuat meja.” Hal ini juga bisa merupakan final karena hal ini merupakan tujuan untuk perjalanan ke hutan tersebut. Untuk mengetahui psikologi dalam Aristoteles, kita harus melihat pendapatnya tentang dunia metafisik. Aristoteles membagi hal ini kedalam dua bagian yaitu form dan matter. Berbeda dengan ide Plato, Aristoteles melihat hal ini merupakan sebuah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Form tidak ada tanpa matter, dan begitu juga sebaliknya. Sehingga dalam hal ini, kedua hal ini saling mempengaruhi dan saling berkaitan.

De Anima

De Anima merupakan buku dari Aristoteles yang menjelaskan tentang psyche atau jiwa. Meja dibuat oleh kayu, hal ini dilihat sebagai sebuah kesatuan. Begitu juga psyche, yang tidak terpisah dalam diri manusia, dalam hal ini jiwa dan badan manusia merupakan sebuah kesatuan. Psyche merupakan subtansi dari badan manusia dan dilihat dari aksi. Buku De Anima dibagi kedalam tiga bagian, yaitu introduksi dari Aristoteles yang diindikasikan sebagai psikologi, masalah dan sejarah dari kaum terpelajar di zaman itu. Bagian kedua adalah tentang psychological action seperti sensasi dan objeknya. Bagian ketiga adalah berhubungan dengan aktifitas yang lebih kompleks.
Plato mengemukakan bahwa makhluk hidup memiliki hirarki antara psyche atau fungsi. Karena psyche merupakan fungsi atau bagian dari seluruh makhluk hidup, maka tidak ada pembagian antara fungsi biologi dan psikologi dalam makhluk hidup.

Hirarki terbawah yaitu nutritive atau vegetative. Maksudnya adalah fungi dari ini untuk reproduksi dan berkembang. Hal ini dimiliki oleh semua makhluk hidup di dunia ini. 
Hirarki berikutnya adalah sensing atau perceiving. Yaitu dasar untuk mendapatkan informasi. Setiap indra dihubungkan dengan organ tertentu dalam tubuh makhluk hidup. Hal ini dimiliki oleh semua makhluk hidup, kecuali tumbuhan. 
Hirarki berikutnya adalah motion. Hal ini dimaksud dengan makhluk hidup dapat bergerak tanpa adanya tekanan dari luar dalam dirinya. Hewan bergerak untuk memenuhi, mengarahkan, dan memuaskan kepuasan secara biologis, yang bisa disebut dengan insting dalam hewan tersebut. Manusia sendiri bergerak karena ada alasan tertentu sehingga alasan itulah yang memotivasi manusia untuk bergerak. Manusia dapat berpikir dan melihat masa depannya. Aristoteles menyebutkan ini sebagai wish.
Hirarki berikutnya adalah imagination. Hal ini berkaitan dengan sensasi dan mempengarhui terbentuknya hirarki terakhir, yaitu thinking atau reasoning.
Hirarki terakhir menurut Aristoteles adalah thinking atau reasoning. Hal ini hanya dimiliki oleh manusia. Manusia menggunakan ini atas pengaruh dari sensing dan ini merupakan hal yang harus dia persepsikan untuk mengambil sebuah keputusan. Dalam prosesnya itulah yang disebut dengan thinking.

ZAMAN PERKEMBANGAN ABAD PERTENGAHAN

St. Agustinus

Menurut St. Agustinus, pengetahuan sebenarnya hanya datang dari Tuhan. Dia percaya bahwa segala sesuatu bahkan yang sudah melalui pengamatan empiris adalah bukan ilmu pengetahuan. Menurutnya Tuhan adalah sumber segalanya. Tuhan merupakan pencipta dari manusia, surga, dan bumi yang ditempati manusia. Kita dapat melihat bahwa Tuhan ada di dalam manusia dan manusia ada di dalam Tuhan. Terlihat jelas bahwa pengaruh gereja sangat besar dalam diri seorang St. Agustinus. Ia merupakan seorang filsuf dan teolog besar pada zamannya. Menurutnya, hanya melalui refleksi dalam diri sendiri dan iman jiwa kita dapat dipahami dan diketahui. Jiwa merupakan sesuatu yang tidak berbentuk dan tidak memiliki dimensi fisik. Ia mengumpamakan jiwa manusia seperti prinsip trinitas, yaitu jiwa kita merupakan satu unit yang tidak bisa dipisahkan. Jiwa kita diciptakan oleh Tuhan pada saat tubuh manusia diciptakan. Sehingga untuk mengetahui jiwa kita lebih mendalam, kita harus melakukan introspeksi atau refleksi dalam diri kita sendiri. Sumbangan terbesar yang diberikan oleh St. Agustinus dalam perkembangan ilmu psikologi adalah prinsip dari introspeksi tersebut. Dalam perkembangannya nanti, kaum strukturalisme menggunakan cara ini sebagai cara utama dalam menganalisis daerah kesadaraan dalam diri manusia melalui cara ini. Nantinya, cara introspeksi ini juga digunakan oleh kaum strukturalis, fungsionalis, gestalt, dan humanis dalam membantu mereka mencari jawaban atas masalah yang dihadapi. Seperti misalnya oleh kaum gestalt, menurut mereka melalui cara introspeksi ini digunakan karena persepsi dan sensai tergantung pada pengalaman individu, yang kemudian dipahami oleh individu tersebut dengan cara introspeksi itu sendiri.

St. Thomas Aquinas

St. Thomas Aquinas merupakan salah satu seorang filsuf dan teolog besar hingga saat ini. Ia juga disebut sebagai salah satu pujangga gereja yang memberikan sumbangan besar terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan gereja. St. Thomas Aquinas sangat mengagumi Aristoteles sehingga pemikiran Thomas Aquinas dapat dibilang hampir mirip karena segala pemikirannya berasal dari Aristoteles. Pada tahun 1265, dia membuat sebuah karya yang besar yang disebut dengan Summa Theologica. Dalam karyanya, ia menempatkan psikologinya dalam bagian yang tidak biasa, yaitu antara enam hari penciptaan manusia dan studi tentang manusia yang tidak bersalah. Letak pembahasan psikologi St. Thomas Aquinas merupakan transformasi yang dilakukannya dalam De Anima (seperti yang dibahas pada bagian sebelumnya) dan diberikan sedikit “bumbu” agama katolik karena Thomas Aquinas merupakan seorang teolog pada zamannya. Ia menggunakan De Anima sebagai dasar kerangka berpikirnya dalam melihat psikologi dan menggunakan prinsip – prinsip keagamaan yang ada dalam diri St. Thomas Aquinas.
Kita melihat bahwa pengaruh De Anima yang sudah dipengaruhi oleh agama Kristen memiliki 
pengaruh besar di abad ke – 20. Menurut St. Thomas Aquinas, apa yang disebut psyche dalam Aristoteles tidak lagi merupakan sebuah kesatuan, tetapi merupakan dua hal yang berbeda. Manusia menurut St. Thomas Aquinas memiliki dua buah bagian, yaitu roh dan badan. Roh memiliki dunia tersendiri yaitu dunia roh dan badan memiliki dunia yang disebut dengan duniawi. Jiwa merupakan hal yang tidak terlihat dan jiwa digunakan untuk memahami Tuhan sebagai sumber kehidupan dalam diri manusia dan hubungan antara manusia dan Tuhan dihubungkan dengan jiwa.
Bagaimana sumbangsih yang diberikan oleh St. Thomas Aquinas terhadap ilmu psikologi? Menurut St. Thomas Aquinas, manusia terdiri dari roh dan badan yang terpisah tetapi saling mempengaruhi satu sama lain. Ia melihat bahwa otak merupakan  tempat dimana jiwa itu berada. Sehingga perdebatan antara mind – body problem terus berlanjut sampai pada hari ini.  St. Thomas Aquinas menggunakan dogma gereja katolik sebagai panduan untuk mengembangkan konsep psikologi yang dikembangkan oleh Aristoteles. Berikut adalah empat fungsi dari psyche yang dikembangkan oleh St. Thomas Aquinas yang berasal dari Aristoteles (Lundin, 1996).
  1. Alasan Aristoteles tentang reasoning atau fungsi rasional diubah menjadi spirit atau jiwa yang terpisah dari badan manusia seutuhnya. Jiwa merupakan sesuatu yang abadi dan berasal dari Tuhan. Hal ini dilihat dari latar belakang Thomas Aquinas sebagai teolog.
  2. Jiwa digunakan untuk kebaikan, menghindari sakit, bertahan dan mengatasi hambatan.
  3. Sensing dan perceiving bereaksi dalam dua cara, yaitu sense yang berasal dari dalam termasuk imajinasi, memori, dan akal budi. Sense yang berasal dari luar (eksternal) yaitu pengelihatan, perasa, sentuhan, dan lainnya.
  4. Vegetative digunakan untk nutrisi, pertumbuhan, dan reproduksi.
ZAMAN PERKEMBANGAN FILSUF MODERN

Mind-Body Problem

Isu ini merupakan salah satu isu tertua yang ada dalam perdebatan dalam dunia psikologi (Lundin, 1996). Para filsuf, teolog, dan psikolog mempunyai pandangan mereka masing – masing. Seperti Aristoteles, dia melihat bahwa jiwa dan badan manusia merupakan sebuah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sebaliknya, Thomas Aquinas melihat jiwa dan badan manusia merupakan hal yang terpisah tetapi berjalan beriringan dalam membentuk kehidupan. Kedua pandangan ini berkembang dan memiliki masing – masing pendapat dari para filsuf. Tentunya, hal ini dipengaruhi oleh latar belakang dari masing – masing tokoh yang memperdebatkan kedua hal ini. Secara umum, persoalan ini dibagi menjadi dua aliran, yaitu Monisme dan Dualisme. Kedua hal ini masih menjadi perdebatan hingga saat ini dan masing – masing memiliki kelebihan dan kekurangannya dalam menjelaskan fenomena.

Monisme

Monisme adalah aliran dalam psikologi yang melihat bahwa dunia ini hanya memiliki satu kesatuan. Jiwa dan badan merupakan satu substansi manusia yang tidak dapat dipisahkan (Kalat, 2009).

Dualisme

Dualisme adalah aliran dalam psikologi yang melihat bahwa antara jiwa dan badan merupakan dua 
substansi yang berbeda tetapi bergerak beriringan dalam mempengaruhi manusia. Jiwa dan badan memiliki caranya masing – masing dan bergerak beriringan dalam diri manusia (Kalat, 2009).

Rene Decrates

Seperti yang kita ketahui, Rene Decrates merupakan kaum yang mendukung dualisme. Sebelum dijelaskan lebih jauh tentang apa yang ditemukan oleh Rene Decrates, kita harus memahami latar belakangnya terlebih dahulu.
Rene Decrates merupakan seorang ilmuan, filsuf, matematikawan, dan juga merupakan pioner dalam dunia psikologi. Ia mengumpamakan bahwa badan manusia sebagai sebuah mesin. Dia melihat bahwa hewan hanyalah sebuah mesin dengan reflex, insting, dan gerakan – gerakan refleks lainnya, tidak lebih dari itu. Dia berasumsi bahwa saraf dalam hewan memiliki hal yang disebut jiwa hewan.  Lain halnya pada manusia, Rene Decrates melihat bahwa manusia merespon stimulus yang ada dengan cara yang lebih kompleks. Stimulus masuk ke dalam tubuh manusia melalui rangkaian proses fisik dan masuk ke dalam reseptor dan diproses ke dalam otak dan kemudian dikembalikan kembali ke dalam otak dan menjadi sebuah gerakan. Descrates berasumsi bahwa dalam manusia, beberapa perilaku yang diproduksi mirip dengan refleks yang dibentuk oleh hewan. Tetapi, dia percaya bahwa manusia tidak hanya bergerak begitu saja, tetapi ada proses berpikir sehingga hal ini yang menentukan perilaku tersebut. Dalam hal ini, Descrates memberikan sebuah substansi dalam manusia, yang disebut dengan jiwa. Sehingga dalam manusia, terdapat dua buah substansi yang berbeda yang saling mempengaruhi perilaku manusia, sehingga berdasarkan pemikiran ini, ia merupakan seorang yang mengikuti aliran dualisme.
Pemikiran Rene Decrates terhadap hal ini dapat membawa kita terhadap sebuah hal, yaitu dia melihat manusia bukanlah hanya makhluk hidup biasa, tetapi makhluk hidup yang berperilaku dan hidup. Latar belakangnya sebagai fisiologis yang membantu menjelaskan fenomena awal terhadap psikologi membantu kita memahami bagaimana manusia dapat berperilaku sedemikian rupa terhadap stimulus yang ada di sekitarnya. Sumbangsih Rene Decrates dari bidang fisiologisnya memberikan dampak besar terhadap ilmu psikologi pada saat ini, terutama dalam melihat perilaku manusia berdasarkan aspek biologis dalam diri manusia. Rene Decrates melihat bagaimana jiwa dan tubuh merupakan dua hal yang terpisah dan bergerak bersama, sehingga membentuk sesuatu yang disebut dengan pengalaman.

John Locke

John Locke merupakan seorang filsuf yang berasal dari Inggris. Ia percaya bahwa segala ide manusia berasal dari pengalaman. Pada saat lahir, jiwa manusia dianalogikan sebagai sebuah kertas hitam, sebuah tabula rasa. Kertas hitam ini diisi oleh manusia melalui pengalamannya. Jiwa pada dasarnya bersifat pasif dan hanya bisa melakukan dua hal, yaitu menerima pengalaman dari luar, misalnya merasakan atau disebut dengan sensing. Hal kedua yaitu jiwa bisa melakukan refleksi. Melalui proses refleksi, manusia dapat mengetahui apa yang ada di dalam dirinya. Hal ini juga disebut dengan proses berpikir pada manusia. Dari argument John Locke, dapat dilihat bahwa sumber dari segala pengetahuan adalah pengalaman, dimana Locke menggunakan konsep yang berasal dari Aristoteles.
Saat pengalaman didapat dalam diri kita, pengalaman dibagi menjadi dua hal, yaitu pengalaman sederhana dan kompleks. Pengalaman sederhana hanya datang berasal dari sensasi biasa, misalnya melihat warna biru. Pengalaman kompleks didapat dari kombinasi antara pengalaman sederhana atau ide. John Locke memperkenalkan sebuah konsep baru yang disebut dengan asosiasi ide. Hal ini adalah saat ide sederhana datang di dalam pikiran manusia, mereka menjadi terelaborasi dan kemudian terasosiasi. Hal ini menjadi saling berkaitan dan saat ide masuk ke dalam pikiran manusia, maka akan terjadi proses asosiasi di dalamnya yang membuat hal ini menjadi saling berhubungan. Dari gabungan anta ide ini, maka ide ini menjadi sebuah ide yang kompleks yang ada di dalam pikiran manusia. Misalnya, ide kompleks sebuah lukisan, dibuat dari sebuah ide sederhana dari sebuah warna, gambar, ketebalan, dan lainnya, sehingga membuat sebuah hasil yang disebut dengan ide kompleks itu sendiri.
Sumbangsih terbesar dari John Locke terhadap ilmu psikologi adalah konsep assosiasi yang diperkenalkan olehnya diaplikasikan ke dalam banyak teori psikologi saat ini. Sebagai kaum empirisme, dimana segala sesuatu harus disa dibuktikan secara empiris, maka John Locke memberikan sebuah penyataan bahwa sumber segala ilmu pengetahuan adalah berasal dari lingkungan sekitar manusia itu sendiri yang dapat dilihat dan diobservasi. Walaupun sebagai orang yang mendukung dualisme, ia percaya jika Tuhan tetap ada, tetapi tidak sebagai sumber pengetahuan.

PSIKOLOGI SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN (PSIKOLOGI MODERN)

Wilhelm Wundt

Wilhelm Wundt merupakan salah satu tokoh psikologi terbesar yang pernah ada. Sumbangsih terbesarnya adalah saat Wundt membawa ilmu psikologi kedalam ranah ilmiah dengan percobaan yang ada di dalam laboratorium. Hari ini, kita ketahui bahwa Wundt merupakan salah satu pioner dalam perkembangan ilmu psikologi modern. Wundt mengembangkan metode secara sistematis dalam ilmu psikologi yang kemudian dikembangkan oleh muridnya.
Hal yang terpenting yang dapat kita pelajari dari Wundt adalah pendekatan atau metode yang sistematis dalam dunia psikologi, yang membuat ilmu psikologi menjadi sebuah ilmu yang berdiri sendiri, terlepas dari bayang – bayang ilmu filsafat dan fisiologis. Memang kedua ilmu tersebut (filsafat dan fisiologis) mempunyai peran yang besar dalam perkembangan ilmu psikologi, tetapi berkat sumbangsih Wundt, ilmu psikologi menjadi sebuah ilmu yang mandiri dengan metodenya tersendiri. Wundt mengembangkan laboratorium psikologi pertama di Universitas Leipzig, di Jerman pada tahun 1879. Wundt merupakan seorang filsuf dan seorang fisiologis, yang kemudian menjadi seorang psikolog. Pada awalnya, Wundt mempelajari obat – obatan, yang kemudian menjadi pintu gerbang bagi dirinya untuk mempelajari anatomi dan fisiologi. Buku pertamanya yang berjudul tentang Contributions to the Theory of Sensory Perception tidak banyak membahas tentang ilmu psikologi, tetapi hanya pada awal (Preface) saja. Tahun 1875 Wundt menjadi pemimpin di fakultas filsafat di Universitas Leipzig, dan kemudian tahun 1879 Wundt membuka laboratorium psikologi pertamanya sampai pada tahun 1881 laboratorium Wundt diambil alih oleh fakultas. Wundt merupakan salah satu dosen yang terkenal di Universitas Leipzig dan untuk mendukung perkembangan ilmu psikologi pertamanya, Wundt seringkali menggunakan eksperimen dalam penelitiannya. Ada banyak sekali mahasiswa yang tertarik dan kemudian menjadi pioneer dalam ilmu psikologi seperti James McKeen, Edward Scripture, dan termasuk E.B. Titchener yang membawa ilmu psikologi dari Jerman menuju ke Amerika yang kemudian disebut dengan strukturalisme.
Dalam perkembangannya, pengaruh John Locke terhadap Wundt yang mengembangkan metode empiris dan ilmu didapatkan berdasarkan pengalaman menjadi dasar penting bagi Wundt dalam mengembangkan ilmu psikologi. Wundt mengikuti tradisi ini (empirisme yang diperkenalkan John Locke) untuk mempelajari conscious experience yang Wundt uji di dalam laboratorium pertamanya.
Wilhelm Wundt menggunakan metode empiris di dalam laboratoriumnya dengan metode eksperimental yang mengukur tentang sensasi, perasaan, dan memori. Dalam laboratorium Wundt, Wundt tidak hanya menggunakan metode ekperimental, tetapi juga menggunakan metode instrospeksi. Introspeksi mempunyai sejarah yang panjang. Seperti yang dipaparkan dalam bahasan sebelumnya, instropeksi disebut sebagai cara untuk menemukan jiwa seperti dipaparkan oleh St. Agustinus. Bagi Wundt, Introspeksi mempunyai artian yang berbeda. Menurutnya introspeksi bukanlah proses yang dapat dihasilkan oleh tubuh, tetapi jiwa itu sendiri.
Wundt dikenal mempunyai banyak murid dan Wundt mempresentasikan apa yang didapatkannya kepada publik sehingga orang ada banyak orang yang menarik untuk mempelajari apa yang dilakukan oleh Wundt, kemudian murid Wundt mengembangkan ilmunya di negara dan laboratoriumnya masing – masing seperti misalnya, E.B Tichener yang merupakan orang Inggris pergi ke Amerika dan membuka laboratorium pertama di Universitas Cornel dan hal ini membuat ilmu psikologi pada awalnya berkembang.

Strukturalisme

Pendiri dari aliran strukturalisme adalah E.B. Titchener yang merupakan salah satu seorang murid Wilhelm Wundt. Titchener pergi ke Amerika dan mengembangkan aliran ini pertama kali di Universitas Cornell. Menurut kaum strukturalisme, kesadaran manusia dapat dibagi sampai kepada bagian terkecil. Dengan menggunakan metode eksperimen dan introspeksi, subjek ditempatkan dan dikondisikan untuk dilihat bagaimana respond dan rekasi dari subjek untuk mencapai persepsi dan sensasi sampai pada tingkat dasar. Tetapi, setelah mendapatkan data, kaum strukturalisme tidak menindaklanjuti data tersebut. Sehingga, kaum strukturalisme hanya menjawab sampai tahapan what. Selain itu, ada kelemahan dalam aliran strukturalisme, yaitu subjektivitas yang sangat mempengaruhi hasil dari eksperimen dari Titchener. Sensasi setiap orang bisa sama tetapi persepsi terhadap sesuatu bisa saja berbeda antara satu subjek dengan subjek yang lainnya. Subjektifitas dari subjek penelitian inilah yang membuat hasil dari eksperimen ini menjadi tidak dapat diandalkan dan tidak valid. Sumbangsih aliran strukturalisme terhadap dunia psikologi adalah bagaimana subjektifitas dari aliran ini membuat para ilmuan saat itu berpikir untuk membuat ilmu pengetahuan yang lebih objektif.
Aliran strukturalisme ini memberikan kesadaran untuk objektifitas. Tanpa adanya aliran ini, maka ilmuan mungkin tidak akan pernah tahu untuk mencari data yang lebih objektif sehingga penelitian mereka menjadi lebih valid dan sepeninggalan Titchener pada tahun 1927, maka aliran ini juga semakin meredup.

Fungsionalsime

Aliran fungsionalisme berkembang di Amerika pada pertengahan sampai pada akhir tahun 1800-an. Tokoh yang terkenal dari aliran ini adalah William James. Ia menerbitkan sebuah buku yang berjudul The Principle of Psychology. William James dikenal sebagai salah satu pioneer psikologi di Amerika dan orang menyebutnya sebagai “Bapak psikologi Amerika”. Bukunya kemudian dijadikan sebagai standard rujukan dalam ilmu psikologi di Amerika pada saat itu.
Pada dasarnya, dasar penelitian antara Wundt, Titchener, dan James sama yaitu sensasi, persepsi, dan pengalaman. Tetapi, James menyatakan bahwa otak dan jiwa manusia berubah secara konstant. Aliran ini melihat how dan why dari sebuah perilaku dengan mencari data dengan menggunakan metode observasi. Fokus dari aliran ini adalah melihat bagaimana perilaku membantu manusia dalam hidup di lingkungannya, karena James terinspirasi dari teori evolusi yang dikembangkan oleh Charles Darwin. Menurut Carol dan Tavris (2010), William James menyebutkan kesadaran manusia seperti sungai kesadaran. Menurut James, hal ini diungkapkan kesadaran manusia terbentuk mirip seperti sungai yang mempunyai ombak, alur, yang berbeda – beda. Sehingga hal ini menunjukkan proses mental manusia yang berbeda – beda.
Sama seperti aliran strukturalisme, aliran ini tidak mempunyai umur yang terlalu panjang. Tetapi, kontribusi aliran ini terhadap ilmu psikologi mempunyai sumbangsih yang besar, terlebih sosok William James itu sendiri. Buku yang diterbitkan oleh James pada saat itu dijadikan sebagai acuan untuk mempelajari ilmu psikologi di Amerika pada saat itu. Sehingga, perkembangan ilmu psikologi di Amerika berkembang bermula dari buku yang diterbitkan oleh William James. Apalagi, William James merupakan orang yang kharismatik dan gaya menulisnya yang unik dalam literature psikologi yang ia tulis, membuat banyak orang tertarik untuk mengetahui ilmu psikologi lebih jauh.

Psikoanalisis

Pada awal abad ke – 19, di Amerika Serikat mulai tumbuh banyak sekali aliran terapi psikologi. Sampai pada titik ini, psikologi di masa ini lebih menekankan pada daerah kesadaran manusia. Tetapi, perkembangan ilmu psikologi selanjutnya yang mempunyai dampak sangat besar terhadap ilmu psikologi lahir di sebuah kota di Austria, yaitu Vienna. Saat ilmuan psikologi di Amerika dan Eropa masih bekerja di dalam laboratoriumnya dimana mereka terus mengembangkan ilmu psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang ilmiah, Sigmund Freud, seorang neurologis, berada di kantornya untuk mengobati pasiennya yang mengalami depresi, kecemasan, dan gangguan mental lainnya. Freud melihat bahwa penyakit yang diderita pasiennya bukanlah akibat dari fisik mereka, tetapi berasal dari tekanan mental yang dialami sehingga menyebabkan konflik dalam internal pasiennya yang berujung kepada penyakit fisik yang dialami. Freud melihat bahwa pengalaman masa kecil dan ketidaksadaran manusialah yang mempunyai peran besar dalam perkembangan kepribadian dan perilaku orang tersebut di masa depan.  Freud melihat bahwa kepribadian manusia digambarkan seperti sebuah gunung es, dimana hanya ada bagian puncak dari gunung tersebut terlihat. Dalam bagian yang tidak terlihat itulah yang banyak mempegaruhi perilaku dan kepribadian orang tersebut.
Freud membagi kepribadian manusia kedalam tiga bagian, yaitu id, ego, dan super ego. Tiga bagian itu masing-masing dibagi berdasarkan komponen kesadaran, misalnya Id, memiliki komponen tidak sadar, Ego memiliki komponen sadar, prasadar, dan tidak sadar, serta superego dengan komponen prasadar dan tidak sadar (Feist, Feist, & Roberts, 2013).
Pemikiran Freud tentang dinamika kepribadian manusia pada awal abad ke – 20 mempunyai peran yang signifikan dalam perkembangan ilmu psikologi. Walaupun banyak sekali kritik yang diberikan kepada Freud, kontribusinya dalam ilmu psikologi tidak dapat dipungkiri menjadi salah satu pemikiran yang paling cemerlang dalam ilmu psikologi yang kemudian menginspirasi ilmuan psikologi lainnya untuk mengembangkan teori baru berdasarkan teori Freud. Pandangan aliran psikoanalisis ini memberikan pengaruh yang besar dalam seluruh perkembangan ilmu psikologi di masa itu dan tak heran, nama Sigmund Freud disejajarkan dengan Einstein karena sumbangsihnya terhadap ilmu psikologi.

KESIMPULAN

Dalam perkembangannya, ilmu psikologi mempunyai sejarah yang panjang untuk ditelaah untuk sampai pada pemikiran ilmu psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang ilmiah. Ilmu psikologi sudah berkembangan dari zaman Yunani Kuno; walaupun pada zaman itu, ilmu psikologi masih belum secara gamblang disebut sebuah ilmu pengetahuan. Kita dapat melihat, pada zaman perkembangan ilmu Yunani Kuno, ilmu psikologi masih dibayang – bayang oleh ilmu filsafat yang pada saat itu berkembang. Filsuf seperti Socrates dan Plato mempunyai pemikiran tersendiri dalam memaknai konsep jiwa atau psyche. Tetapi, pada Aristoteles melalui bukunya De Anima, memberikan pengaruh besar karena Aristoteles memaparkan konsep psyche secara sistematis dan bukunya menjadi acuan terhadap pengembangan konsep oleh filsuf di zaman selanjutnya.
Di zaman pertengahan, kita dapat melihat bahwa pengaruh gereja katolik memasuki ke seluruh bidang kehidupan, termasuk bidang ilmu pengetahuan. Tak heran filsuf di zaman ini lebih menekankan hidup yang berorientasi pada Tuhan.
Segala sesuatu dilakukan untuk Tuhan dan Tuhan merupakan inspirasi pemikiran dari pada filsuf pada zaman pertengahan.Pada zaman ini, ada sebuah konsep penting yang diperkenalkan oleh St. Agustinus yang nantinya menjadi inspirasi dalam perkembangan ilmu psikologi, yaitu introspeksi. Metode ini digunakan untuk mengetahui kedalaman jiwa seseorang dalam relasinya dengan Tuhan. Termasuk St. Thomas Aquinas yang memberikan pandangan baru terhadap konsep psyche yang dipaparkan oleh Aristoteles.
Dalam perkembangan zaman filsuf modern, kita melihat sumbangsih Rene Decrates yang memberikan pandangan bahwa pengaruh fisiologis dan anatomi manusia terhadap perilaku manusia. Berdasarkan pemikirannya, perilaku manusia ada karena respon biologis manusia terhadap stimulus yang ada disekitar lingkungannya. Dalam hal ini, ilmu psikologi masih belum merupakan ilmu yang dapat berdiri sendiri karena masih dianggap sebagai hasil dari respon biologis dan anatomi manusia. Sebaliknya, John Locke melihat bahwa apa yang dipaparkan Dectrates merupakan hal yang salah. Menurut John Locke yang merupakan pengikut aliran empiris, manusia terbentuk dari pengalaman dan pembelajaran dari lingkungannya, sehingga apa yang dipaparkan John Locke membantah teori yang dipaparkan oleh Rene Decrates. Akan tetapi, pengaruh dari ilmuan ini terhadap ilmu psikologi memberikan sumbangsih bahwa ilmu psikologi harus didasarkan bukti empiris yang dapat dibuktikan kebenarannya melalui pengamatan dan sumbangsih Decrates yang memberikan pandangan fungsi fisiologis terhadap ilmu psikologis menjadi acuan dasar perkembangan ilmu psikologi. Hal inilah yang menjadikan inspirasi bagi Wilhelm Wundt.
Ilmu psikologi pertama kali diperkenalkan sebagai ilmu yang ilmiah karena sumbangsih dari Wilhelm Wundt. Secara resmi pada tahun 1879 Wundt mendirikan laboratorium psikologi pertamanya di Jerman dan ini merupakan titik kelahiran ilmu psikologi yang ilmiah karena pada saat itu diuji dalam laboratorium pertamanya. Beranjak dari St. Agustinus yang memberikan metode introspeksi, Wundt menggunakan metode ini dalam laboratorium psikologi pertamanya untuk mendapatkan data yang ilmiah melalui eksperimen yang dilakukannya.
Setelah Wundt, muncullah tokoh seperti E.B Titchener dan Willam James yang membawa ilmu psikologi berkembang di Eropa dan Amerika. Mereka terus mengembangkan ilmu yang dipelajari dari Wundt dan memberikan sumbangsih besar terhadap ilmu psikologi pada saat itu agar ilmu psikologi menjadi lebih empiris. Tetapi, tidak dapat dipungkiri, sosok Freud yang mempunyai pandangan berbeda, juga memberikan sumbangsih terhadap perkembangan kepribadian manusia hingga saat ini. Freud memaparkan bahwa kepribadian manusia didominasi oleh alam bawah sadar manusia. Hal ini tentu bertentangan dengan apa yang sudah dilakukan oleh Wundt dan muridnya. Tetapi, sumbangsih tokoh – tokoh psikologi tersebut memberikan dampak terhadap perkembangan teori yang ada sampai pada hari ini. Sumbangsih dasar pemikiran tokoh pada setiap zaman memberikan dampak terhadap perkembangan ilmu psikologi hingga menjadi sebuah ilmu yang berdiri sendiri, terlepas dari ilmu filsafat dan fisiologis, walau tidak dipungkiri kedua ilmu tersebut memberikan peran yang signifikan terhadap ilmu psikologi.


Daftar Pustaka

Feist, J., Feist, G. J., & Roberts, T.-A. (2013). Theories of Personality. Boston: McGraw-Hill.

Kalat, J. W. (2009). Biological Psychology. California: Wadsworth Publishing Company.

Lundin, R. W. (1996). Theories and Systems of psychology. Lexington: D.C. Health and Company.

Sihotang, K. (2009). Filsafat Manusia. Yogyakarta: Kanisius.

Wade, C., & Tavris, C. (2010). Psychology. Boston: Pearson Education.



Coretan Tinta
       
         Kubiarkan kamu menyesalinya, meratapi keputusanmu untuk meniggalkan apa yang telah kita janjikan bersama tanpa membenci, aku bisa kembali mengingatmu sebagai peringatan untuk tidak meletakan hati pada orang yang salah. Tidak lagi mengharapkan seseorang yang hanya banyak bicara, banyak berjanji, dan kemudian mengingkarinya sendiri. Dan kini, kubiarkan janjimu bersenyawa, seumpama halaman buku yang harus tertulis kemudian berahkir, dan tergantikan dengan kisah baru. Kusimpan dengan baik setiap rindu ini dalam diam, menantikanmu yang akan kembali, ketika perasaan ini sudah kehilangan rasanya.

         .........                                                                                      ...........

        Suatu hari nanti kita akan kembali disini, pada hati yang telah ditinggalkan sekian lama, kembali karena rindu akan mengenal perasaan yang sama. Kini biarkan aku menyerdehanakan rasa rinduku, mengemasnya dalam doa, dan berharap akan terlaksana diwaktu yang indah. Karena selalu ada saat diman kita sama sekali tidak bisa memaksakan perasaan saat itu terjadi. Itulah dimana masa diriku belajar merelakan dan mengingat tentangmu, serupa luka yang memanggil dalam kejauhan, menyakitkan......, tapi entah kenapa tetap dipertahankan. Malam ini, kita seperti pena dan tinta, saling merindu tapi enggan untuk saling bicara.

Kamis, 13 November 2014


Fenomena Addiction

Pengertian
        
        Pada awalnya pengertian addiction hanya ditunjukan pada kasus penyalahgunaan obat-obatan, seperti definisi yang diungkapkan oleh American Psychiatric Association’s diagnostic and Statistic Manual of Mental disorders Definisi addiction sebagai aktifitas kompulsif yang tidak terkendali tanpa memperdulikan konsekuensi negatif yang merupakan akibatnya. Internet Addiction Disorder (IAD) atau gangguan kecanduan internet meliputi segala macam hal yang berhubungan dengan internet seperti jejaring sosial, email, pornografi, judi online, game online, chatting dan lain-lain. Jenis gangguan ini memang tidak tercantum pada manual diagnostik dan statistik gangguan mental, atau yang biasa disebut dengan DSM, namun secara bentuk dikatakan dekat dengan bentuk kecanduan akibat judi, selain itu badan himpunan psikolog di Amerika Serikat secara formal menyebutkan bahwa kecanduan ini termasuk dalam salah satu bentuk gangguan. Riset menemukan bahwa beberapa organisasi mengalami dampak negatif sebagai akibat dari kecanduan akan games off-line (seperti Solitaire dan Tetris yang populer di dekade 1980-an lalu), yang memang rata-rata banyak di-install dalam komputer. Untuk saat ini ada pula games online seperti ayo dance, poker, the sims dan lain-lain, yang sangat disukai banyak orang. Menurut survei terbaru yang dilakukan oleh tim peneliti Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan di Singapura, sekitar 520.000 pelajar SMP dan SMA mengalami kecanduan internet, terutama untuk game online dan e-mail. Survei menunjukkan bahwa 9 persen dari pelajar SMP dan 14 persen dari pelajar SMA mengakses internet lebih dari lima jam setiap hari kerja.

Ada beberapa jenis-jenis internet addiction  menurut Kimberly S. Young, et. al. (2006) :
a. Cybersexual Addiction
Termasuk ke dalam cybersexual addiction antara lain adalah individu yang secara kompulsif mengunjungi website-website khusus orang dewasa, melihat hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas yang tersaji secara eksplisit, dan terlibat dalam pengunduhan dan distribusi gambar-gambar dan file-file khusus orang dewasa.
b. Cyber-Relationship Addiction
Cyber-relationship addiction mengacu pada individu yang senang mencari teman atau relasi secara online. Individu tersebut menjadi kecanduan untuk ikut dalam layanan chat room dan seringkali menjadi terlalu-terlibat dalam hubungan pertemanan online atau terikat dalam perselingkuhan virtual.

 Contoh Kasusnya :
 Kasus yang saya ambil dalam masalah ini kecanduan pada Game online.
        Game online adalah media elektronik yang menyuguhkan berupa tampilan gerak, warna, suara yang memiliki aturan main dan terdapat level tertentu, yang bersifat menghibur dan bersifat adiktif. Adiksi terhadap game online adalah kesenangan bermain game karena memberi rasa kepuasan tersendiri bagi individu tersebut.
        “Seperti anak laki-laki yang tidak lulus sekolah atau mendapatkan nilai yang kurang karena di pengaruhi oleh dunia internet, ia selalu kecanduan untuk bermain internet atau di warnet bahkan sampai lupa waktu. Seketika berangkat sekolah pamit pada orang tua tetapi ia ternyata bolos sekolah hanya karena ingin bermain game online yang menurut ia lebih penting daripada pendidikan sangat di sayangkan waktu terbuang hanya untuk bermain game online”.
        Beberapa bentuk gejala kecanduan ditunjukkan dengan kurangnya tidur, kelelahan, nilai yang buruk, performa kerja yang menurun, lesu dan kurangnya fokus. Penderita juga cenderung kurang terlibat dalam aktivitas dan hubungan sosial. penderita akan berbohong tentang berapa lama waktu yang mereka gunakan untuk online dan juga tentang permasalahan-permasalahan yang mereka tunda karenanya. Dalam keadaan offline mereka menjadi pribadi yang lekas marah saat ada yang menanyakan berapa lama waktu yang mereka gunakan untuk berinternet.

 Daftar Pustaka
       http://ruangpsikologi.com/gangguan-kecanduan-internet/.
       http://ururureaoka.blogspot.com/2011/06/internet-addiction-kecanduan-internet.html.

Rabu, 12 November 2014


Analisis tentang Bullying dalam Lingkup Psikologi


Hasil analisis saya tentang kasus bullying, kali ini saya mengambil kasus bullying dari video yang beredar dimasyarakat kekerasan sejumlah siswa disalah satu sekolah dasar 'SD' Swasta di Kota Buktittinggi Sumatra Barat. Beredarnya video kekerasan tersebut sontak memunculkan respons negatif publik. Rata-rata publik menyatakan kekesalan atau keprihatinan terhadap aksi kekerasan yang terjadi dan juga mempersoalkan peredaran tayangan tersebut di media sosial.  Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta Bareskrim Polri dibantu Kementerian Komunikasi dan Informatika menangkap pengunggah dan penyebar video kekerasan itu. Pihak KPAI berpendapat bahwa video kekerasan tidak boleh di-upload di media publik, seperti youtube, karena dapat ditiru oleh anak-anak (Kompas.com, Senin 13 oktober 2014). Sementara itu, ada juga pihak yang mempertanyakan lemahnya kontrol pihak sekolah sehingga tindakan kekerasan tersebut bisa terjadi di lingkungan sekolah. Mereka juga meminta agar pihak sekolah diberi sanksi yang tegas atas kejadian ini oleh institusi yang bertanggung jawab (baca: dinas pendidikan) setempat.

Apa yang kita saksikan di youtube tersebut sejatinya merupakan salah satu bentuk bullying yang terjadi di ranah pendidikan. Kita khawatir bahwa kejadian tersebut laksana fenomena gunung es- dimana yang muncul dan mencuat ke ruang publik hanya sedikit dan diduga masih banyak kasus lain yang hingga kini belum terekspos. Kasus yang terjadi di Bukittinggi tersebut mencuat akibat ada pihak yang merekam dan kemudian mengunggahnya ke media sosial. Menurut KPAI, saat ini- kasus bullying menduduki peringkat teratas pengaduan masyarakat. Dari 2011 hingga agustus 2014, KPAI mencatat 369 pengaduan terkait masalah tersebut. Jumlah itu sekitar 25% dari total pengaduan di bidang pendidikan sebanyak 1.480 kasus. Bullying yang disebut KPAI sebagai bentuk kekerasan di sekolah, mengalahkan tawuran pelajar, diskriminasi pendidikan, ataupun aduan pungutan liar (republika, rabu 15 oktober 2014).

Lalu, apa yang dimaksud dengan bullying ?. Menurut psikolog Andrew Mellor, bullying adalah pengalaman yang terjadi ketika seseorang merasa teraniaya oleh tindakan orang lain dan ia takut apabila perilaku buruk tersebut akan terjadi lagi sedangkan korban merasa tidak berdaya untuk mencegahnya. Bullying tidak lepas dari adanya kesenjangan power atau kekuatan antara korban dan pelaku serta diikuti pola repetisi (pengulangan perilaku). Lebih lanjut, Andrew Mellor menjelaskan bahwa ada beberapa jenis bullying, yakni: (1) bullying fisik, yaitu jenis bullying yang melibatkan kontak fisik antara pelaku dan korban. Perilaku yang termasuk, antara lain: memukul, menendang, meludahi, mendorong, mencekik, melukai menggunakan benda, memaksa korban melakukan aktivitas fisik tertentu, menjambak, merusak benda milik korban, dan lain-lain. Bullying fisik adalah jenis yang paling tampak dan mudah untuk diidentifikasi dibandingkan bullying jenis lainnya; 
(2) bullying verbal melibatkan bahasa verbal yang bertujuan menyakiti hati seseorang. Perilaku yang termasuk, antara lain: mengejek, memberi nama julukan yang tidak pantas, memfitnah, pernyataan seksual yang melecehkan, meneror, dan lain-lain. Kasus bullying verbal termasuk jenis bullying yang sering terjadi dalam keseharian namun seringkali tidak disadari; 
(3) bullying relasi sosial adalah jenis bullying bertujuan menolak dan memutus relasi sosial korban dengan orang lain, meliputi pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan atau penghindaran. Contoh bullying sosial antara lain: menyebarkan rumor, mempermalukan seseorang di depan umum, menghasut untuk menjauhi seseorang, menertawakan, menghancurkan reputasi seseorang, menggunakan bahasa tubuh yang merendahkan, mengakhiri hubungan tanpa alasan, dan lain-lain; 
(4) bullying elektronik merupakan merupakan bentuk perilaku bullying yang dilakukan melalui media elektronik seperti komputer, handphone, internet, website, chatting room, e-mail, SMS, dan lain-lain. Perilaku yang termasuk antara lain menggunakan tulisan, gambar dan video yang bertujuan untuk mengintimidasi, menakuti, dan menyakiti korban. Contoh cyber bullying yaitu bullying lewat internet.

 Siapa saja si, yang berperan dalam kasus Bullying ini ? Lingkungan keluarga.
Disamping peran orang tua dan institusi pendidikan, faktor dukungan dari pemerintah juga penting melalui kebijakan, regulasi, dan anggaran untuk menjadikan pendidikan karakter ini sebagai salah satu program unggulan. Pendidikan karakter diyakini akan mampu menumbuhkan semangat kebersamaan, disiplin, saling menghormati/menghargai, budaya malu, tanggung jawab, dan nasionalisme. Nilai-nilai itulah yang saat ini kita perlukan sebagai bangsa. Sejarah mencatat bahwa kemajuan dan keunggulan suatu bangsa bukan ditentukan oleh faktor kekayaan sumber daya alam (SDA)- tetapi lebih pada aspek sumber daya manusia (SDM) yang memiliki karakter kuat. Bangsa-bangsa yang hari ini menunjukkan kemajuan yang cukup pesat, seperti: Jepang, Cina, dan Korea- ternyata sudah mengimplementasikan pendidikan karakter secara sistematis sejak mulai pendidikan dasar dan itu sangat berdampak positif- tidak hanya terhadap pencapaian akademis individu tetapi juga kemajuan bangsanya secara umum.

Hukuman untuk kasus bullying ini, menurut saya lebih kesistem pendidikannya, dan pola pengajarnya yang harus diperbaiki selebihnya diserahkan kepihak yang berwajib.



Daftar Pustaka
Pendiri The Jambi Institute dan Anggota Pelanta Jambi *.
Tulisan Tangan


Lautan punya hembasan gelombang yang keras, dan adakalahnya rasanya begituh kuat. Aku tak tau banyak tentang lautan itu disini. Dan akupun juga tau betapa pentingnya dalam hidup... Bukan untuk menjadi kuat, untuk mengukur kemampuan dirimu setidaknya sekali saja, untuk tau rasanya berada dalam hal paling purba dari sejarah manusia, menghadapi kebutaan dan ketu;ian sendiri... Tanpa apapun yang membantumu kecuali tanganmu dan kepalamu sendiri.


Dan kita berbincang dalam diam, saling menukar perasaan yang bahkan tidak pernah terkatakan sama sekali. Tidak semua orang bisa tipercaya dan diajak kerja sama, mereka yang hanya merasa bisa kerja, berdeda dengan mereka yang mau bekerja keras.