Rabu, 21 Desember 2016

Model Sistem Informasi Psikologi Berbasis Komputer

Nama Anggota Kelompok :
Hendra Setiawan                     (14513020)
Ikhsan Zakaria                        (14513257)
Mikha Meyanti Bakara           (15513483)
Ridho Maulana                        (17513625)
Riyan Anugerah                      (17513854)
Ulfah Indah K                         (19513037)
Kelas : 4PA06

Ravens Progressive Matrices (RPM)

1. Sejarah Tes Ravens Progressive Matrices
Ravens Progressive Matrices (RPM) atau sering disebut sebagai Raven Matriks merupakan tes kelompok nonverbal yang biasa digunakan untuk pengaturan pendidikan. Tes ini pertama kali dikembangkan di Inggris pada tahun 1936 oleh John C. Raven.  Awalnya tes Raven Matriks digunakan untuk rekruitmen tentara dari rakyat sipil Karena pada zaman itu banyak rakyat Inggris belum berpendidikan. Oleh sebab itu Jhon C. Raven menciptakan Raven Matriks untuk mengukur inteligensi umum dengan berdasar pada teori Sperman yang disebut dengan teori dua faktor, teori ini terdiri dari dua kemampuan mental yaitu inteligensi umum General Factor (Faktor g) dan kemampuan spesifik Special Factor (Faktor s). Menurut Spearman kemampuan seseorang bertindak dalam setiap situasi sangat bergantung pada kemampuan umum dan kemampuan khusus.
Raven Matriks merupakan tes intelegensi dengan Performance test atau sering disebut dengan Culture Fair, yaitu tes dibuat untuk menghilangkan bias budaya dengan meminimalkan perbedaan nilai antara satu budaya dengan budaya yang lain. Oleh sebab itu tes ini sering kali digunakan mulai dari penelitian untuk mengetahui kemampuan kognitif secara umum hingga untuk membandingkan kemampuan intelektual antar suku bangsa atau ras maupun kelompok mayoritas dan minoritas.
Tes Raven Matriks memiliki tiga bentuk tes yang berbeda tingkat kesulitannya sehingga dapat digunakan berdasarkan usia, yaitu :
a.       Standard Progressive Matrices (SPM)
Tes ini digunakan pada tahun 1954. Tes ini dirancang untuk usia 8 sampai 65 tahun dan dapat digunakan baik secara individual, dimana terdiri dari 60 soal atau pola dalam 5 set yaitu A, B, C, D, dan E, dan masing-masing set terdiri atas 12 tes. Soal tersebut disusun dari yang termudah sampai yang tersulit.
b.      Coloured Progressive Matrices (CPM)
Tes ini dirancang untuk anak-anak yang berusia 5 sampai 11 tahun, individu yang sudah lanjut usia serta individu yang mental dan fisiknya terganggu. Tes CPM ini terdiri dari 36 soal dalam 3 set yaitu A, AB, dan B.
c.       Advanced Progressive Matrices (APM)
tes ini dirancang untuk remaja, dewasa dan individu dengan kemampuan intelektual diatas rata – rata. Terdiri dari 2 set dan berbentuk non verbal. 

2. Pengertian Tes Ravens Progressive Matrices
Ravens Progressive Matrices (RPM) adalah tes kelompok nonverbal dengan kemampuan penalaran berdasarkan rangsangan tes figural serta mengukur kemampuan dalam membandingkan, analogi dan mengatur persepsi spasial menjadi keseluruhan, tes ini biasanya digunakan dalam pengaturan pendidikan. 
Tes Ravens Progressive Matrices (RPM) merupakan tes mengukur intelegensi dengan berdasar pada teori intelegensi Spearman dan merupakan pengukuran yang baik terhadap penalaran induktif. Tes ini terdiri dari beberapa rangkaian butir soal pilihan berganda, yang kesemuanya mengikuti prinsip yang sama
Tes Raven atau Ravens Progressive Matrices merupakan tes intelegensi yang dapat disajikan secara kelompok maupun individual. Materi ini berupa gambar dengan sebagian yang terpotong. Tugas subjek adalah mencari potongan yang cocok untuk gambar tersebut alternative potogan-potongan yang sudah disediakan. Dari tes Raven tidak ditemukan IQ seseorang melainkan taraf intelegensi yang di bagi dalam grade I sampai grade V yang ditentukan berdasarkan persentil.
Berdasarkan pengertian di atas Tes Ravens Progressive Matrices (RPM) adalah tes intelegensi nonverbal untuk mengukur kemampuan penalaran yang berdasar pada teori inteligensi Spearman. Tes ini terdiri dari beberapa soal pilihan ganda yang berupa gambar dengan sebagian yang terpotong dan dapat disajikan secara kelompok maupun individual.


3.   Tujuan dan Manfaat
Tes Raven Matriks bermanfaat untuk mengukur intelegensi sebab tes ini  tidak dipengaruhi oleh  budaya atau Culture Fair, sehingga dapat digunakan tanpa di pengaruhi oleh faktor bahasa (nonverbal). selain itu pengadministrasian dan skoringnya mudah Tujuan tes ini untuk mengukur kemampuan berpikir dan kecerdasan umum yang terdiri dari dua komponen yaitu Eductive Ability yaitu kemampuan untuk berpikir jernih tentang ide-ide yang kompleks dan Reproductive Ability yaitu kemampuan untuk menyimpan dan mengingat informasi.

4.   Tahapan Tes  Ravens Progressive Matrices
a.       Instruksi  Tes Ravens Progressive Matrices Manual
Dihadapan anda, tampak sebuah kotak besar didalamnya terdapat gambar-gambar. Anggaplah anda melihat sebuah sapu tangan yang memiliki pola atau motif tertentu, namun terdapat bagian kosong dengan salah satu dari 8 pilihan jawaban yang tersedia di bawahnya. Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan memperhatikan motif atau pola yang tersedia.

b.      Langkah-langkah pengerjaan Tes Ravens Progressive Matrices Berbasis Online
1)      Buka link berikut ini http://en.real-iq.com/
2)      Akan muncul tampilan seperti gambar dibawah ini


3)      Kemudian klik start test
4)      Setelah itu, akan muncul soal nomor satu seperti contoh gambar berikut




5)      Disebelah kanan soal akan terdapat kotak mulai dari angka 1 hingga 40 yang berisi daftar pertanyaan
6)      Masing-masing kotak berisi pertanyaan mengenai tes Raven Matriks
7)      Anda diminta untuk memilih jawaban berdasarkan pilihan jawaban yang tersedia dibagian bawah soal.
8)      Setelah selesai menjawab klik the next question
9)      Anda dapat menjawab secara acak mulai dari nomer berapa saja yang menurut anda mudah
10)  Setelah selesai menjawab semua pertanyaan, maka akan muncul tampilan form biodata seperti gambar berikut


11)  Testee diminta untuk mengisi sesuai dengan identitas testee
12)  Setelah selesai mengisi identitas klik next
13)  Lalu akan muncul hasil test IQ anda, seperti gambar berikut


14)  Anda telah selesai mengikuti tes Raven’s Progressive Matrices

c.       Skoring tes Ravens Progressive Matrices Manual
Skorer hanya perlu melihat kunci jawaban yang sudah tersedia di dalam buku manual atau buku petunjuk. Kemudian, skorer menghitung, berapa jumlah kesalahan, dan juga berapa jumlah nomor yang dijawab dengan benar oleh klien ataupun peserta. Sehingga nantinya, test RPM ini akan menunjukkan hasil skoring berupa :
1)         Jumlah benar
2)         Jumlah salah
3)         RS
4)         SS
RS dan juga SS pada lembar skoring test RPM ini berkaitan erat dengan skor dan juga konversi skor. RS merupakan kependekan dari Raw Score, alias skor mentah. Raw Score ini merupakan nilai atau skor dari total jumlah jawaban benar yang dihasilkan oleh klien atau peserta. Sedangkan yang dimaksud SS adalah Scaled Score. Scaled Score merupakan nilai atau skor hasil konversi dari Raw Score, dengan menggunakan norma konversi RPM yang sudah terstandarisasi.
Hasil SS atau scaled score ini menjadi tolak ukur dalam menginterpretasikan kategori kecerdasan atau inteligensi seseorang. perlu diingat, test RPM tidak akan menghasilkan skor IQ pada peserta atau klien, namun hanya menghasilkan kategori kecerdasan atau kategori inteligensi dari peserta atau klien saja. Ada beberapa kategori kecerdasan pada test RPM, yaitu :
1)         Kategori superior
2)         Kategori di atas rata – rata
3)         Kategori rata – rata
4)         Kategori di bawah rata – rata

5.   Perbandingan Tes Manual dengan Komputer
a.    Kelebihan Tes Ravens Progressive Matrices Manual dan dengan komputer
Tes Ravens Progressive Matrices Manual
Tes Ravens Progressive Matrices dengan komputer
Pada saat pengerjaan tes secara manual, pemberi tes dapat memantau pengerjaan peserta.

Hasil tes yang langsung diberitahukan pada sesaat setelah pengerjaan soal selesai dilakukan
Tes IQ manual tidak diberitahukan mengenai waktu pengerjaan kepada peserta.

Jika pada tes online adanya tampilan background yang menarik bagi anak-anak.
Bagi para individu lanjut usia dan individu dengan masalah keterbelakangan mental, tes secara manual tidak begitu sulit.

Sudah terteranya instruksi pengerjaan dapat meminimalisir waktu.


b.   Kekurangan Tes Ravens Progressive Matrices manual dan dengan Komputer
Tes Ravens Progressive Matrices Manual
Tes Ravens Progressive Matrices dengan komputer
Pada tes manual ini cukup banyak memakan waktu, karena pembacaan instruksi pengerjaan yang cukup lama

Aplikasi tes ini tidak dapat di back atau kembali pada soal sebelumnya apabila ada soal yang ingin diubah jawabannya
Hasil tes diberitahukan setelah beberapa hari dari waktu pelaksaan tes.

Aplikasi tes ini hanya dilakukan dalam kurun waktu yang ditentukan dengan hitungan semua soal
Lembar jawaban yang terpisah membuat peserta kesulitan
Untuk menjawab soal peserta harus mengklik tombol mulai.

Tes ini hanya dapat diberikan oleh para ahli yang berhak
Adanya batasan spesifikasi perangkat tertentu yang dapat mengakses aplikasi tes IQ.
Tes ini hanya dilakukan dalam kurun waktu yang ditentukan dengan hitungan semua soal.

Terteranya waktu pengerjaan dalam aplikasi tersebut

6.   Kesimpulan dan saran
Ravens Progressive Matrices merupakan tes intelegensi nonverbal yang digunakan untuk mengukur kemampuan penalaran yang dikembangkan menurut teori dua faktor dari Spearman, yang terdiri dari dua kemampuan mental yaitu inteligensi umum General Factor (Faktor g) dan kemampuan spesifik Special Factor (Faktor s). Perbedaan tes ravens manual dengan menggunakan komputer terletak pada alat yang digunakan.
Pada saat ini masyarakat lebih senang melakukan aktivitas secara online Karena lebih mudah dan lebih praktis. Oleh sebab itu mahasiswa psikologi diharapkan dapat memahami dan mengaplikasikan tes raven secara online  untuk mempermudah masyarakat dalam melakukan tes raven.















DAFTAR PUSTAKA

Domino, M. L., & Domino. G. (2006). Psychological testing an introduction. New York: Cambridge University Press.

Kaplan, R. M., & Saccuzzo, D. P. (2009). Psychological testing principles, applications, and issues. California: Wasdsworth, Thomson Learning, Inc.

Prabhakaran, V., Smith. J. A. L., Desmond. J. E., Glover. G. H.,& Gabrieli. J. D. E. (1997). Neural Substrates of Fluid Reasoning: An fMRI Study of Neocortical Activation during Performance of the Raven’s Progressive Matrices Test. Cognitive Psychology, 33, 43-63.

Santrock, J. W. (2003). Adolescence perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga



Rabu, 02 November 2016

Elemen dan Karateristik Sistem.

A. Elemen Sistem
  • Sistem adalah kelompok dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang saling berhubungan yang berfungsi dengan tujuan yang sama.
  • Lingkungan sistem adalah kumpulan obyek dimana perubahannya akan mempengaruhi sistem dalam batas – batas tertentu.
  • Tujuan sistem harus mengarah ke satu atau beberapa tujuan. Apakah suatu sistem dapat memberikan ukuran waktu, daya listrik, atau informasi, sistem tersebut tetap harus mengarah ke suatu tujuan. Jika sebuah sistem tidak lagi mengarah ke sebuah tujuan, maka sistem ini harus diganti.
  • Mekanisme control :
    • a.       Input merupakan segala sesuatu yang masuk ke dalam suatu sistem. Input dapat berupa energi, manusia, data, modal, bahan baku, layanan, dan lainnya. Input merupakan pemicu bagi sistem untuk melakukan proses yang diperlukan.
    1. Proses adalah perubahan dari input menjadi output. Proses ini mungkin dilakukan oleh, mesin, orang, atau komputer. Kombinasi input serta urutan yang berbeda untuk menghasilkan output yang bermacam-macam menjadikan proses itu sangat kompleks. Proses mungkin berupa perakitan yang menghasilkan satu macam output dari berbagai macam input yang disusun berdasarkan aturan tertentu.
    2. Output merupakan hasil dari suatu proses yang merupakan tujuan dari keberadaan sistem.
B. Karakteristik Sistem  
 Berikut adalah karakteristik sistem yang dapat membedakan suatu sistem dengan sistem lainnya:
  • Batasan (boundary) adalah penggambaran dari suatu elemen atau unsur mana yang yang termasuk di dalam sistem dan mana yang di luar sistem.
  • Lingkungan (environment) adalah segala sesutau di luar sistem, lingkungan yang menyediakan asumsi, kendala, dan input terhadap suatu sistem.
  • Masukan (input) adalah sumber daya (data, bahan baku, peralatan, energi) dari lingkungan yang dikonsumsi dan dimanipulasi oleh suatu sistem.
  • Keluaran (output) adalah sumber daya atau produk (informasi, laporan, dokumen, tampilan layer computer, barang jadi) yang disediakan untuk lingkungan sistem oleh kegiatan dalam suatu sistem. 
  • Komponen (component) adalah kegiatan-kegiatan atau proses dalam suatu sistem yang mentransformasikan input menjadi bentuk setengah jadi (output).
  • Penghubung (interface) adalah tempat dimana komponen atau sistem dan lingkuhngannya bertemu atau berinteraksi.
  • Penyimpanan (storage) adalah area yang dikuasai dan digunakan untuk penyimpanan sementara dan tetap dari informasi, energi, bahan baku, dan sebagainya.


DAFTAR PUSTAKA

Djahir. Y., Pratita, D.  (2014). Bahan ajar sistem informasi manajemen. Yogyakarta: Deepublish.
Fatta, H.A. (2007). Analisis dan perancangan sistem informasi untuk keunggulan bersaing perusahaan dan organisasi modern. Yogyakarta: ANDI.
Hall. J.A. (2007). Sistem informasi akuntasi. Jakarta: Salemba Empat.







Kamis, 06 Oktober 2016

Pengertian Sistem Informasi Psikologi

A.    PENGERTIAN SISTEM
Menurut Jogiyanto (2005), sistem adalah suatu jaringan kerja dalam prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama untuk saling melakukan kegiatan untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu.
Menurut David, G.B (dalam Hutahaean, 2015) sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang beroperasi bersama-sama untuk menyelesaikan suatu sasaran.
Menurut Murdick (dalam Hutahean, 2014) suatu sistem adalah seperangkat elemen yang terbentuk, kumpulan atau prosedur-prosedur atau bagian-bagian pengelolah yang mencari suatu tujuan tertentu.
Berdasarkan pendapat para tokoh di atas, dapat di simpulkan sistem adalah suatu jaringan atau perangkat yang beroperasi bersama-sama untuk saling melakukan kegiatan dan menyelesaikan suatu sasaran tertentu.

B.     PENGERTIAN INFORMASI
Menurut Jogiyanto (2005), hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya, yang menggambarkan kejadian-kejadian yang nyata yang berguna untuk mengambil para keputusan.
Menurut Kusrini dan Koniyo informasi adalah data yang sudah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi pengguna, yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau mendukung sumber informasi.
Menurut Alamsyah (2005), data yang telah diolah dengan cara tertentu sesuai dengan bentuk yang diperlukan.
Berdasarkan pendapat para tokoh di atas, dapat di simpulkan informasi adalah suatu bentuk data yang sudah diolah yang menggambarkan kejadian-kejadian yang nyata dengan cara tertentu sesuai dengan bentuk yang diperlukan.

C.    PENGERTIAN PSIKOLOGI
Menurut Wundt berpendapat psikologi merupakan ilmu tentang kesadaran manusia (the science of human consciousness).
Branca menyatakan bahwa psikologi merupakan ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia.
Menurut Plotnik psikologi adalah studi yang sistematik dan ilmiah tentang perilaku dan proses mental.
Menurut Woodworth & Marquis menyatakan psikologi adalah mempelajari aktivitas-aktivitas individu yang menggambarkan tentang refleks dari kehidupan kejiwaan.
Berdasarkan pendapat para tokoh di atas, maka dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku, kesadaran manusia, proses mental, dan aktivitas-aktivitas individu yang menggambarkan tentang refleks dari kehidupan kejiwaan.

Berdasarkan pendapat parah tokoh di atas, sistem informasi psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku, kesadaran manusia, dan aktivitas-aktivitas individu yang menggambarkan tentang suatu jaringan atau perangkat bentuk data yang sudah diolah yang menggambarkan kejadian-kejadian yang nyata dan beroperasi bersama-sama untuk saling melakukan kegiatan dan menyelesaikan suatu sasaran tertentu.




DAFTAR PUSTAKA
Amsyah, Z. (2005). Manajemen system informatika. Jakarta : PT. Granmedia Pustaka Utama.

Dewi, T.R. (2015). Sistem informasi psikologi. Diambil dari: http://tiarahmawatidewi.blogspot..co.id/2015/10/sistem/-informasi-psikologi.html (diakses pada 04 oktober 2016 pukul 18.20 WIB).

Hutahaean, J. (2014). Konsep system informasi. Jakarta: Deepublish.

Kusrini., Koniyo, A. (2007). Tuntunan praktis membangun sistem informasi akutansi dengan visual basic dan microsoft sql server. Yogyakarta: ANDI.


Basuki, A.M.H. (2008). Psikologi umum. Depok: Universitas Gunadarma.


Selasa, 28 Juni 2016

psikoterapy


Pendekatan Humanistik

Pendekatan ini menekankan pada beberapa titik perhatian yaitu, perasaan (emosi pribadi dan apresiasi estetik), hubungan sosial (menganjurkan pada persahabatan dan kerjasama, serta bertanggung jawab), intelek, dan aktualisasi diri. Tokoh dalam psikologi humanistik ini adalah Abraham Maslow, Carl Rogers, dan Arthur Combs. Dalam pendekatan humanistik memusatkan perhatian pada manusia bahwa manusia “contains the potentialities for healthy and creative growth”. Dalam person centered pandangan ahli terapi klien bersifat positif, yaitu manusia memiliki potensi untuk aktualisasi diri, sehingga suasana yang nyaman dan “hadir” bersama klien perlu diciptakan. Dalam keadaan ketika klien merasakan “being accepted, being understood, being respected”, maka klien akan mampu memunculkan kemampuan mengatasi masalah perilakunya serta mampu pula mengaktualisasi dirinya.

Contoh Kasus

Klien bernama Leon seorang mahasiswa, mungkin melihat dirinya sebagai dokter masa depan, tetapi nilainya yang dikeluarkan dari sekolah kedokteran ternyata dibawah rata-rata. Perbedaan antara konsep dirinya dengan ideal konsep dirinya dan realitas kinerja kademis yang buruk dapat menyebabkan kegelisahan dan kerentanan pribadi, yang dapat memberikan motivasi yang diperlukan untuk masuk terapi. Leon harus melihat bahwa ada masalah atau, setidaknya bahwa ia tidak cukup nyaman untuk menghadapi penyesuaian psikologis untuk mengeksplorasi kemungkinan untuk perubahan. Konseling berlangsung, klien dapat mengeksplorasi lebih luas keyakinannya dan perasaannya. Ia dapat mengekspresikan ketakutannya, rasa bersalah, kecemasan, malu, kebencian, kemarahan, dsb. Emosi diangap terlalu negatif untuk menerima dan memasukkan ke dalam dirinya. Dengan terapi, orang disortir kurang dan pindah ke penerimaan yang lebih besar dan integrasi perasaan yang saling bertentangan dan membingungkan. Ia semakin menemukan aspek dalam dirinya yang telah disimpan.
Sebagai klien ia merasa dimengerti dan diterima, ia menjadi kurang defensif dan menjadi lebih terbuka terhadap pengalamannya. Karena mereka merasa lebih aman dan kurang rentan, ia menjadi lebih realistis, menganggap orang lain dengan akurasi yang lebih besar, dan menjadi lebih mampu untuk memahami dan menerima orang lain. Individu dalam terapi datang untuk menghargai dirinya secara lebih dan perilakunya menjukkan lebih banyak fleksibilitas dan kreativitas. Ia menjadi kurang peduli tentang memenuhi harapan orang lain, dan dengan demikian mulai berperilaku dengan cara yang lebih benar untuk diri sendiri. Dapat lebih bebas untuk membuat keputusan, dan semakin percaya diri masuk untuk mengelola kehidupan ia sendiri.
Dari contoh kasus Leon dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu alasan klien mencari terapia dalah perasaan tidak berdaya dan ketidakmampuan untuk membuat keputusan atau secara efektif mengarahkan hidupnya sendiri. Mereka mungkin berharap untuk menemukan “jalan” melalui bimbingan terapis. Dalam kerangka orang terpusat, namun klien segera belajar bahwa mereka dapat belajar menjadi lebih bebas dengan menggunakan hubungan untuk mendapatkan diri yang lebih besar dari pemahaman.




Daftar Pustaka
Gunarsa, Singgih. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta:Gunung Mulia
Tom, David. (2009). Psikiatri, Edisi 6. Jakarta:EGC
Uci Sanusi. (2013). Pembelajaran dengan pendekatan humanistik. Jurnal pendidikan agama islam-ta’lim. Vol.11 no.2.