CINTA DAN PERKAWINAN
Cinta adalah sebuah
emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks
filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan
belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi atau kegiatan
aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri,
empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan,
mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.
Perkawinan adalah
ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk
hubungan kekerabatan dan yang merupakan suatu pranata dalam budaya setempat
yang meresmikan hubungan antar pribadi yang biasanya intim dan seksual. Perkawinan
umumnya dimulai dan diresmikan dengan upacara pernikahan. Umumnya perkawinan
dijalani dengan maksud untuk membentuk keluarga.
Tergantung budaya
setempat bentuk perkawinan bisa berbeda-beda dan tujuannya bisa berbeda-beda
juga. Tapi umumnya perkawinan itu ekslusif dan mengenal konsep perselingkuhan sebagai
pelanggaran terhadap perkawinan. Perkawinan umumnya dijalani dengan maksud untuk
membentuk keluarga. Pada umunya perkawinan harus diresmikan dengan pernikahan.
A. Memilih Pasangan
Memilih pasangan hidup
bukanlah perkara mudah. Pasalnya, banyak orang yang merasa tidak sreg ketika
mereka ditawari untuk memilih suami atau memilih istri, tak seperti memilih
pacar yang bisa dengan mudah dilakukan. Menurut mereka, pasangan hidup adalah
orang yang diajak untuk susah senang bersama, yang diharapkan hanya akan ada
yang pertama dan yang terakhir.Itu sebabnya memilih pasangan hidup jauh lebih
susah dibandingkan dengan memilih pekerjaan atau tempat sekolah.
Banyak orang yang
pikirannya terlalu pendek dalam perkara ini sehingga gagal dalam pernikahannya.
Prinsipnya adalah jika kita hanya berpedoman pada hal-hal yang sifatnya duniawi
(kecantikan dan kekayaan) maka akan sangat sulit dalam menjalani hari-hari
berumah tangga nantinya. Karena semua itu sifatnya hanya sementara dan sangat
mudah berubah. Jadi, jika jatuh cinta hanya karena melihat dari segi kecantikan
atau ketampanan dan kekayaan, maka cinta
tersebut akan sangat mudah berkurang bahkan hilang. Jika kita memang cinta pada
seseorang maka lahirlah ketampanan atau kecantikan, bukan sebaliknya.
Lalu, mengingat
pernikahan itu adalah sebuah investasi jangka panjang maka kita juga harus
melihat calon pasangan kita dalam jangka panjang. Bolehlah jika dia saat ini
belum sukses, belum kaya, belum pintar, tetapi ketika ada potensi di masa depan
dia akan menjadi lebih baik maka mengapa tidak ??? Daripada kita hanya melihat
kondisi dia saat ini tetapi di masa depan justru punya potensi akan meninggalkan
kita. Betapa banyak wanita yang menikah hanya karena melihat prianya saat ini
tampan dan betapa banyak wanita yang menikah karena hanya melihat wanitanya saat
ini cantik. Mereka tidak sadar bahwa 10 tahun lagi bisa jadi ketampanan atau kecantikan
tersebut sudah pudar.
Maka, ketika sedang
memilih calon pasangan, bukalah mata lebar-lebar. Lihatlah dia secara utuh.
Kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang dia, terutama kekurangannya.
Karena saya yakin, kelebihan dari pasangan akan dengan mudah kita terima tetapi
kekurangan ? Tanyakanlah pada diri sendiri, mumpung belum akad nikah, apakah
siap menerima kekurangan-kekurangan tersebut ?
Terakhir, lihatlah dia
tidak hanya di masa sekarang tetapi juga potensinya di masa depan. Tahukah
kalian bedanya anak-anak dan dewasa ? Anak-anak hanya berfikir apa yang ada
sekarang sementara orang dewasa berfikir lebih jauh ke depan. Pernikahan adalah
urusannya orang dewasa maka berfikirlah dewasa.
B.
Hubungan dalam Perkawinan
Simak dulu pendapat
Dawn J. Lipthrott, LCSW, seorang psikoterapis dan juga marriage and
relationship educator and coach, dia mengatakan bahwa ada lima tahap
perkembangan dalam kehidupan perkawinan. Hubungan dalam pernikahan bisa
berkembang dalam tahapan yang bisa diduga sebelumnya. Namun perubahan dari satu
tahap ke tahap berikut memang tidak terjadi secara mencolok dan tak memiliki
patokan batas waktu yang pasti. Bisa
jadi antara pasangan suami-istri, yang satu dengan yang lain, memiliki waktu
berbeda saat menghadapi dan melalui tahapannya. Namun anda dan pasangan dapat
saling merasakannya.
Tahap
pertama : Romantic Love. Saat ini adalah saat Anda dan
pasangan merasakan gelora cinta yang menggebu-gebu. Ini terjadi di saat bulan
madu pernikahan. Anda dan pasangan pada tahap ini selalu melakukan kegiatan
bersama-sama dalam situasi romantis dan penuh cinta.
Tahap
kedua : Dissapointment or Distress. Masih menurut Dawn, di
tahap ini pasangan suami istri kerap saling menyalahkan, memiliki rasa marah
dan kecewa pada pasangan, berusaha menang atau lebih benar dari pasangannya. Menurut
Dawn tahapan ini bisa membawa pasangan suami-istri ke situasi yang tak
tertahankan lagi terhadap hubungan dengan pasangannya. Banyak pasangan di tahap ini memilih berpisah
dengan pasangannya.
Tahap
ketiga : Knowledge and Awareness. Dawn mengungkapkan bahwa
pasangan suami istri yang sampai pada tahap ini akan lebih memahami bagaimana
posisi dan diri pasangannya. Menurut Dawn juga, pasangan yang sampai di tahap
ini biasanya senang untuk meminta kiat-kiat kebahagiaan rumah tangga kepada
pasangan lain yang lebih tua atau mengikuti seminar-seminar dan konsultasi
perkawinan.
Tahap
keempat : Transformation. Suami istri di tahap ini akan
mencoba tingkah laku yang berkenan di hati pasangannya. Dalam tahap ini sudah
berkembang sebuah pemahaman yang menyeluruh antara Anda dan pasangan dalam menyikapi
perbedaan yang terjadi. Saat itu, Anda dan pasangan akan saling menunjukkan
penghargaan, empati dan ketulusan untuk mengembangkan kehidupan perkawinan yang
nyaman dan tentram.
Tahap
kelima : Real Love.
“Anda berdua akan kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan, keintiman,
kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan,” ujar Dawn. Psikoterapis ini menjelaskan pula bahwa waktu
yang dimiliki oleh pasangan suami istri seolah digunakan untuk saling
memberikan perhatian satu sama lain. Suami dan istri semakin menghayati cinta
kasih pasangannya sebagai realitas yang menetap. “Real love sangatlah mungkin
untuk Anda dan pasangan jika Anda berdua memiliki keinginan untuk
mewujudkannya. Real love tidak bisa terjadi dengan sendirinya tanpa adanya
usaha Anda berdua,” ingat Dawn.
Lebih lanjut Dawn
menyarankan pula, “Jangan hancurkan hubungan pernikahan Anda dan pasangan hanya
karena merasa tak sesuai atau sulit memahami pasangan. Anda hanya perlu sabar
menjalani dan mengulang tahap perkembangan dalam pernikahan ini. Jadikanlah
kelanggengan pernikahan Anda berdua sebagai suatu hadiah berharga bagi diri
sendiri, pasangan, dan juga anak.
Ketika pasangan
(suami/istri) kedapatan beberapa kali bersikap kurang baik, anggap lah ini
sebuah ladang amal sabar. Dan jangan sekali-kali berfikir bahwa hasil dari
istikharah ternyata gagal ketika suatu hari merasa sedikit kesal mendapati
kelakukan pasangan Anda sikapnya kurang baik, harusnya tetap lah berfikir bahwa
dia memang pilihan terbaik yang Alloh pilihkan.
Ketika keadaannya
seperti itu tadi, yang menjadi tantangan untuk Anda lakukan adalah menunjukan
sikap yang lebih baik dari dia, agar Anda menjadi contoh kebaikan untuknya,
karena tidak selesai hanya berharap saja dia harus lebih baik dari Anda, tetapi
kita harus melakukan sesuatu untuk menjadi jalan perubahan untuknya. Karena
bisa jadi begini, sekarang memang pasangan Anda belum baik, tapi yakin lah
bahwa suatu saat dia akan lebih baik dari Anda, kontribusi motivasi dari Anda
diperlukan juga untuknya.
Terjadinya sebuah
Ikatan tali pernikahan, tidak berarti semuanya menjadi serba cocok, serba
lancar dan jauh dari Masalah. Tidaklah begitu adanya, ada baiknya kita perlu
berfikir begini: "dia bukan aku dan aku bukan dia, aku adalah aku begitu
pun dia! tapi aku adalah bagian dari dia dan dia bagian dari aku. Karena aku
Mencintainya, jadi aku harus bisa memakluminya dan berusaha untuk terus
bersikap baik, lebih baik darinya hingga sikapku bisa menjadi contoh kebaikan
untuknya."
C. Penyesuaian dan Pertumbuhan dalam
Perkawinan
Perkawinan tidak
berarti mengikat pasangan sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat
mengembangkan diri untuk kemajuan bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak
diukur dari ketergantungan pasangan. Perkawinan merupakan salah satu tahapan
dalam hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi
dalam sebuah perkawinan, sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam
perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan
serta terbentuknya hubungan antarkeluarga kedua pihak.
Relasi yang diharapkan
dalam sebuah perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat. Tapi karena
adanya perbedaan kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu ada hal-hal
yang dapat menimbulkan konflik. Dalam kondisi perkawinan seperti ini, tentu
sulit mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis.
Pada dasarnya,
diperlukan penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang mencakup perubahan
diri sendiri dan perubahan lingkungan. Bila hanya mengharap pihak pasangan yang
berubah, berarti kita belum melakukan penyesuaian.
Banyak yang bilang
pertengkaran adalah bumbu dalam sebuah hubungan. Bahkan bisa menguatkan ikatan
cinta. Hanya, tak semua pasangan mampu mengelola dengan baik sehingga kemarahan
akan terakumulasi dan berpotensi merusak hubungan.
D.
Perceraian dan Pernikahan Kembali
Pernikahan bukanlah
akhir kisah indah bak dongeng cinderella, namun dalam perjalanannya, pernikahan
justru banyak menemui masalah. Menikah Kembali setelah perceraian mungkin
menjadi keputusan yang membingungkan untuk diambil. Karena orang akan mencoba
untuk menghindari semua kesalahan yang terjadi dalam perkawinan sebelumnya dan
mereka tidak yakin mereka bisa memperbaiki masalah yang dialami. Mereka
biasanya kurang percaya dalam diri mereka untuk memimpin pernikahan yang
berhasil karena kegagalan lama menghantui mereka dan membuat mereka ragu-ragu
untuk mengambil keputusan.
Apa yang akan
mempengaruhi peluang untuk menikah setelah bercerai ? Ada banyak faktor.
Misalnya seorang wanita muda pun bisa memiliki kesempatan kurang dari menikah
lagi jika dia memiliki beberapa anak. Ada banyak faktor seperti faktor
pendidikan, pendapatan dan sosial.
Sebagai manusia, kita
memang mempunyai daya tarik atau daya ketertarikan yang tinggi terhadap hal-hal
yang baru. Jadi, semua hal yang telah kita miliki dan nikmati untuk suatu
periode tertentu akan kehilangan daya tariknya. Misalnya, Anda mencintai pria
yang sekarang menjadi pasangan karena kegantengan, kelembutan dan tanggung
jawabnya. Lama-kelamaan, semua itu berubah menjadi sesuatu yang biasa. Itu
adalah kodrat manusia. Sesuatu yang baru cenderung mempunyai daya tarik yang
lebih kuat dan kalau sudah terbiasa daya tarik itu akan mulai menghilang pula.
Ada kalanya, hal-hal yang sama, yang terus-menerus kita lakukan akan membuat jenuh
dalam pernikahan.
Esensi dalam pernikahan
adalah menyatukan dua manusia yang berbeda latar belakang. Untuk itu kesamaan
pandangan dalam kehidupan lebih penting untuk diusahakan bersama. Dan jika
ingin sukses dalam pernikahan baru, perlu menyadari tentang beberapa hal
tertentu, jangan biarkan kegagalan masa lalu mengecilkan hati. Menikah Kembali
setelah perceraian bisa menjadi pengalaman menarik. tinggalkan masa lalu dan
berharap untuk masa depan yang lebih baik.
E.
Alternatif selain Pernikahan
Paradigma terhadap
lajang cenderung memojokkan. pertanyaannya kapan menikah ?? Ganteng-ganteng kok
ga menikah ? Apakah Melajang Sebuah Pilihan ??
Ada banyak alasan untuk
tetap melajang. Perkembangan jaman, perubahan gaya hidup, kesibukan pekerjaan
yang menyita waktu, belum bertemu dengan pujaan hati yang cocok, biaya hidup
yang tinggi, perceraian yang kian marak, dan berbagai alasan lainnya membuat
seorang memilih untuk tetap hidup melajang. Batasan usia untuk menikah kini
semakin bergeser, apalagi tingkat pendidikan dan kesibukan meniti karir juga
ikut berperan dalam memperpanjang batasan usia seorang untuk menikah. Keputusan
untuk melajang bukan lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah pilihan. Itulah
sebabnya, banyak pria dan perempuan yang memilih untuk tetap hidup melajang. Persepsi
masyarakat terhadap orang yang melajang, seiring dengan perkembangan jaman,
juga berubah. Seringkali kita melihat seorang yang masih hidup melajang,
mempunyai wajah dan penampilan di atas rata-rata dan supel. Baik pelajang pria
maupun wanita, mereka pun pandai bergaul, memiliki posisi pekerjaan yang cukup
menjanjikan, tingkat pendidikan yang baik. Alasan yang paling sering
dikemukakan oleh seorang single adalah tidak ingin kebebasannya dikekang.
Apalagi jika mereka telah sekian lama menikmati kebebasan bagaikan burung yang
terbang bebas di angkasa. Jika hendak pergi, tidak perlu meminta ijin dan
menganggap pernikahan akan membelenggu kebebasan. Belum lagi jika mendapatkan
pasangan yang sangat posesif dan cemburu.
Banyak perusahaan lebih
memilih karyawan yang masih berstatus lajang untuk mengisi posisi tertentu.
Pertimbangannya, para pelajang lebih dapat berkonsentrasi terhadap pekerjaan.
Hal ini juga menjadi alasan seorang tetap hidup melajang. Banyak pria
menempatkan pernikahan pada prioritas kesekian, sedangkan karir lebih mendapat
prioritas utama. Dengan hidup melayang, mereka bisa lebih konsentrasi dan fokus
pada pekerjaan, sehingga promosi dan kenaikan jabatan lebih mudah diperoleh.
Biasanya, pelajang lebih bersedia untuk bekerja lembur dan tugas ke luar kota
dalam jangka waktu yang lama, dibandingkan karyawan yang telah menikah. Kemapanan
dan kondisi ekonomi pun menjadi alasan tetap melajang. Pria sering kali merasa
kurang percaya diri jika belum memiliki kendaraan atau rumah pribadi. Sementara,
perempuan lajang merasa senang jika sebelum menikah bisa hidup mandiri dan
memiliki karir bagus. Mereka bangga memiliki sesuatu yang dihasilkan dari hasil
keringat sendiri. Selain itu, ada kepuasaan tersendiri.
Banyak yang mengatakan
seorang masih melajang karena terlalu banyak memilih atau ingin mendapat
pasangan yang sempurna sehingga sulit mendapatkan jodoh. Pernikahan adalah
untuk seumur hidup. Rasanya tidak mungkin menghabiskan masa hidup kita dengan
seorang yang tidak kita cintai. Lebih baik terlambat menikah daripada menikah
akhirnya berakhir dengan perceraian.
Lajang pun lebih
mempunyai waktu untuk dirinya sendiri, berpenampilan lebih baik, dan dapat
melakukan kegiatan hobi tanpa ada keberatan dari pasangan. Mereka bebas untuk
melakukan acara berwisata ke tempat yang disukai dengan sesama pelajang. Pelajang
biasanya terlihat lebih muda dari usia sebenarnya jika dibandingkan dengan
teman-teman yang berusia sama dengannya, tetapi telah menikah. Ketika diundang
ke pernikahan kerabat, pelajang biasanya menghindarinya. Kalaupun datang,
mereka berusaha untuk berkumpul dengan para sepupu yang masih melajang dan
sesama pelajang. Hal ini untuk menghindari pertanyaan singkat dan sederhana
dari kerabat yang seusia dengan orangtua mereka. Kapan menikah ? Kapan menyusul
? Sudah ada calon ? Pertanyaan tersebut, sekalipun sederhana, tetapi sulit
untuk dijawab oleh pelajang.
Seringkali, pelajang
juga menjadi sasaran keluarga untuk dicarikan jodoh, terutama bila saudara
sepupu yang seumuran telah menikah atau adik sudah mempunyai pacar. Sementara
orangtua menginginkan agar adik tidak melangkahi kakak, agar kakak tidak berat
jodoh. Tidak dapat dipungkuri, sebenarnya lajang juga mempunyai keinginan untuk
menikah, memiliki pasangan untuk berbagi dalam suka dan duka. Apalagi melihat
teman yang seumuran yang telah memiliki sepasang anak yang lucu dan
menggemaskan. Bisa jadi, mereka belum menemukan pasangan atau jodoh yang cocok
di hati. Itulah alasan mereka untuk tetap menjalani hidup sebagai lajang.
Melajang adalah sebuah
sebuah pilihan dan bukan terpaksa, selama pelajang menikmati hidupnya. Pelajang
akan mengakhiri masa lajangnya dengan senang hati jika telah menemukan seorang
yang telah cocok di hati. Kehidupan melajang bukanlah sebuah hal yang perlu
ditakuti. Bukan pula sebuah pemberontakan terhadap sebuah ikatan pernikahan.
Hanya, mereka belum ketemu jodoh yang cocok untuk berbagi dalam suka dan duka
serta menghabiskan waktu bersama di hari tua. Arus modernisasi dan gender
membuat para perempuan Indonesia dapat menempati posisi yang setara bahkan
melebihi pria. Bahkan sekarang banyak perempuan yang mempunyai penghasilan
lebih besar dari pria. Ditambah dengan konsep pilihan melajang, terutama
kota-kota besar, mendorong perempuan Indonesia untuk hidup sendiri.
Daftar
Pustaka
Adhim,
Mohammad Fauzil (2002) Indahnya Perkawinan Dini Jakarta: Gema Insani Press
(GIP)
http://mirzaanggaraputri.blogspot.com/2012/04/cinta-dan-perkawinan.html