Rabu, 14 Januari 2015


Efek Psikologis Kecanduan Pornografi



Pornografi adalah penggambaran tubuh manusia atau perilaku seksual manusia secara terbuka (eksplisit) dengan tujuan membangkitkan gairah seksual. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pornografi bukan hanya disaksikan oleh remaja dan orang dewasa, tetapi juga telah sampai kepada anak-anak yang masih duduk di bangku SD. Mereka umumnya menyaksikan materi pornografi tersebut karena iseng (27 %), terbawa teman (10%), dan takut dibilang kuper (4%).

Mengapa orang menyukai pornografi ? Selain tiga alasan di atas, ternyata ada alasan-alasan tertentu mengapa orang menyaksikan pornografi, yaitu dengan menyaksikan pornografi mereka mendapatkan tambahan informasi tentang perilaku seksual, walaupun tidak selalu benar secara ilmiah, pornografi memberikan kesempatan untuk melatih secara imajinasi tentang sesuatu yang ingin diketahui, dan mendapatkan sesuatu yang bersifat rekreasi.

Pornografi sering kali disepelekan karena dampak yang ditimbulkan tidak terlihat secara nyata seperti halnya narkoba. Sebagian besar orang mengira pornografi tidaklah berbahaya seperti narkoba. Ini adalah persepsi yang salah. Ternyata, pornografi juga dapat menyebabkan kecanduan. Menurut ahli bedah saraf dari San Antonio, AS, Donal Hilton Jr MD, semua kecanduan (adiktif) berpengaruh terhadap kerusakan otak. Bahkan tingkat kerusakan otak akibat pornografi dinilai paling tinggi dan lebih sukar diatasi dari pada kecanduan narkoba. Kecanduan pornografi dapat mengakibatkan penyusutan otak dan ujung-ujungnya menjadi kerusakan otak. Jika otak pecandu seks (pornografi) discan, maka persis seperti scan dari seorang kokain (salah satu dari jenis narkoba). Ironis, bukan ? Sayangnya, kita tidak menyadari hal ini.

Jika otak telah rusak atau menyusut tentunya akan berpengaruh terhadap intelegensia seseorang. Anak-anak yang kecanduan pornografi, daya pikirnya akan menurun. Akibat dari penyusutan otak dan menurunnya daya pikir akan memperbesar resiko anak menjadi bodoh. Pornografi juga menyebabkan anak lebih cepat aktif secara seksual. Selain itu, pornografi juga dapat merusak emosi dan perilaku saat mereka dewasa nantinya. Pornografi menyebabkan perubahan pada neurotransmitter dan melemahkan fungsi kontrol. Hal ini membuat orang yang sudah kecanduan tidak dapat lagi mengontrol perilakunya. Para penikmat pornografi cenderung berperilaku seksual menyimpang, seperti kekerasan seksual (sadomasokisme), ekshibisionisme, dan berbagai perilaku seksual menyimpang lainnya.

Lalu bagaimana cara pencegahan dan pengobatan bagi orang yang telah terlanjur kecanduan pornografi ? Salah satu cara mencegah pengaruh buruk pornografi adalah dengan membendung arus deras pornografi, dimana kebanyakan pornografi disaksikan melalui internet, VCD/DVD, komik atau novel, dan media lainnya. Secara individual, perlu dilakukannya pendidikan seks dan pendekatan agama. Bila pornografi telah sampai pada tahap kecanduan, cara yang dapat dilakukan yaitu memberikan terapi, memberikan motivasi untuk lepas dari kecanduan, serta mengurangi akses terhadap pornografi. Untuk pengobatan, dilakukan pendekatan farmakoterapi, yaitu terapi dengan menggunakan obat-obatan. Dan yang paling penting adalah berhenti mengkonsumsi materi pornografi.

Jadi, kesalahan persepsi bahwa pornografi tidak berbahaya seperti narkoba harus diluruskan. Efek yang ditimbulkan oleh kecanduan narkoba terhadap kesehatan, terutama dalam hal psikologis, sangatlah berbahaya. Meskipun ada pro dan kontra terhadap masalah pornografi ini, tapi jika kita tahu efek negatif yang ditimbulkan oleh pornografi, apa salahnya mengantisipasi ?

Contoh kasus yang terjadi disekitar kita :

Ada sebuah kisah yang dialami oleh salah seorang wanita, sebut saja namanya Eva. Suatu pagi, ketika Eva sedang jalan-jalan pagi dengan temannya, tiba-tiba saja Eva berteriak geram. Lalu temannya terkejut dan bertanya mengapa ia berteriak. Dengan kesal ia mengatakan bahwa seorang laki-laki yang baru saja lewat di depan kami memperlihatkan alat kelaminnya. Eva merasa sangat geram dengan tingkah laki-laki tersebut.

Di hari lain, saat sedang jalan sendirian, Eva mengalami kejadian yang sama. Ia diikuti oleh seorang laki-laki yang mengendarai sepeda motor. Semakin Eva mempercepat langkahnya, semakin cepat pula laki-laki itu mengejar Eva. Eva sempat melihat apa yang dilakukan laki-laki itu, sama seperti saat ia bersama temannya pagi itu. Laki-laki itu baru pergi saat ada orang yang lewat. Sebenarnya bukan hanya Eva saja yang pernah mengalami kejadian seperti itu. Beberapa teman Eva mengaku juga pernah mengalami hal yang sama.

Tindakan yang dilakukan oleh laki-laki itu disebut ekshibisionisme, yaitu perilaku seksual menyimpang yang mendapatkan kenikmatan seksual dengan mempertontonkan alat kelamin kepada orang lain dengan harapan orang lain meresponnya dengan rasa takjub, jijik, takut, atau terkejut. Perilaku ini tak jauh bedanya seperti pornoaksi, yang mana pornoaksi itu sendiri tidak lepas dari pornografi.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, perilaku seksual menyimpang ( dalam hal ini ekshibisionisme) merupakan salah satu efek yang disebabkan oleh kecanduan pornografi. Apakah laki-laki yang melakukan ekshibisionisme itu adalah korban dari pornografi ? Mungkin saja. Karena ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang berperilaku seksual menyimpang, pornografi hanyalah salah satu faktornya. Kehadiran orang-orang seperti ini sangat mengganggu ketentraman. Kalau pornografi bisa melahirkan orang-orang dengan perilaku seksual meyimpang seperti ini, bayangkan berapa banyak orang yang akan menjadi pengganggu ketentraman masyarakat!.


DAFTAR PUSTAKA
http://potret-online.com/index.php/news-flash/863-efek-psikologis-kecanduan-pornografi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar