Selasa, 10 November 2015

Review Film Tears Of The Sun

Kelompok 8 (Alpukat)

Disusun oleh :
Andrew Wiratama
Mikha Meyanti B.
Riyan Anugerah
Ulfah Indah K.
Wira Utami H.
kelas : 3PA06


Judul film: Tears of the Sun
Sutradara: Antoine Fuqua
Genre: Perang
Durasi: 121 Menit

Pemain film Tears of the Sun:
Bruce Willis sebagai Letnan A.K. Waters
Monica Bellucci sebagai Dr. Lena Kendricks
Cole Hauser sebagai James "Red" Atkins
Eamonn Walker sebagai Ellis "Zee" Pettigrew
Johnny Messner sebagai Kelly Lake
Nick Chinlund sebagai Michael "Slo" Slowenski
Charles Ingram sebagai Demetrius "Silk" Owens
Paul Francis sebagai Danny "Doc" Kelley
Chad Smith sebagai Jason "Flea" Mabry
Peter Mensah sebagai Terwase
Tom Skerritt sebagai Captain Bill Rhodes
Malick Bowens sebagai Colonel Idris Sadick
Sammi Rotibi sebagai Arthur Azuka
Lloyde Del Mundo sebagai David Norton

Sinopsis Film Tears of the Sun :
Tears of The Sun adalah film yang diproduksi pada tahun 2003. Bercerita tentang pemerintah Nigeria yang telah jatuh dan negara ini di ambang perang saudara. Letnan A.K. Waters (Bruce Willis) telah ditugaskan untuk memimpin sebuah timnya ke hutan Nigeria untuk menyelamatkan orang amerika yang bernama Dr Lena Kendricks (Monica Bellucci).  Ketika Waters dan timnya menemukan Kendricks, dia mengatakan kepada ia dia tidak akan meninggalkannya pasien tak berdaya untuk dibantai oleh parapemberontak, karena hal tersebut timbul perpecahan di tubuh tim yang dipimpin oleh Waters.
Dalam film ini unit navy seal yang dijatuhkan ke zona petang saudara di negeria untuk menjalankan misinya, yaitu untuk menyelamatkan Dr. Lena Kendricks yang berkewarganegaraan amerika, serta dua suster dan seorang pendeta. Saat ingin menyelamatkan mereka kedua suster dan seorang pendeta tersebut tidak ingin ikut dengan unit navy seal, mereka ingin tinggal dengan para pengungsi.Di sisi yang lain ia harus cepat bergerak jika mereka semua ingin pulang ke rumah mereka masing-masing karena pasukan pemberontak sudah mengincar mereka semua tepat dibelakang.
Letnan A.K. Waters yang diperankan oleh Bruce Willis merupakan seorang komandan pada kesatuan elit Navy Seal, AS yang diperintahkan oleh atasannya Kapten Bill Rhodes (Tom Skerritt) untuk misi kemanusiaan yakni masuk ke negara Nigeria dan mengeluarkan warga negara asing dari negara tersebut ke negara terdekat yang relatif aman di perbatasan yaitu Kamerun. Hal ini dilakukan karena di Nigeria tengah terjadi konflik etnis yang mengarah ke perang saudara. Tidak semata-mata konflik etnis, tetapi juga telah mengarah ke tindakan makar terhadap pemerintahan yang berkuasa, yaitu Presiden Samuel Azuka. Rupanya Presiden Azuka ini bukan hanya presiden bagi rakyat Nigeria, tetapi juga merupakan raja suku Ibo yang berdomisili di bagian selatan Nigeria.
Sementara itu para pemberontak dipimpin oleh Mustafa Yakubu mengusai wilayah bagian utara, yang berusaha menggulingkan kekuasaan Presiden Azuka. Kudeta pun akhirnya terjadi, keluarga presiden termasuk Presiden Asuka akhirnya tewas dalam kudeta itu. Setelah presidennya tewas, kediktatoran Mustafa Yakubu makin merajalela. Pembersihan etnis Ibo dilakukan dengan cara kekerasan. Tentu saja warga sipil ketakutan, agar tidak dibunuh mereka melarikan diri mengungsi ke wilayah perbatasan. Akibatnya para warga asing yang menjalankan misi kemanusiaan dan keagamaan dan kebetulan tengah berada di area konflik pun kebingungan dan berusaha menyelamatkan diri. Inilah awal mula misi penyelamatan yang diemban oleh Letnan A.K. Waters.
 Oleh Kapten Bill Rhodes, Waters hanya ditugaskan untuk mengekstradisi seorang tenaga medis berkebangsaan Amerika yang bernama Dr. Lena Kendricks (diperankan oleh Monica Bellucci), seorang pastor dan dua orang biarawati disana dan menghindari kontak senjata dengan pihak yang sedang bertikai. Sebagai prajurit yang loyal, Waters mematuhi perintah atasannya itu. Meskipun demikian seluruh tim yang dikomandani Waters diberi persenjataan yang lengkap. Akhirnya tim penyelamat yang terdiri dari Slo, Flea, Lake, Sutra, Zee, Doc, dan Red yang dipimpin Letnan Waters ini pun diberangkatkan dari kapal perang USS Harry Truman yang berlayar diperairan Afrika menuju ke daerah konflik. Sampai di lokasi ternyata tidak semudah yang dikira Waters. Dr. Lena yang harusnya diselamatkan justru menolak diekstradisi karena lebih memilih tinggal di semacam rumah sakit darurat dengan para pengungsi dan pasiennya yang tentunya sangat membutuhkan tenaganya.
Dokter cantik itu hanya mau diselamatkan jika tim Waterspun mau membawa serta para pengungsi dan pasien yang tengah dirawatnya ke tempat yang aman yaitu di perbatasan. Disinilah perang batin Waters mulai diuji, antara mematuhi perintah komandan yang hanya perlu menyelamatkan target utama seorang dokter atau menuruti permintaan dokter itu yang ingin membawa rombongan yang jumlahnya lumayan besar. Tapi tugas tetap harus dijalankan. Karena lokasi yang aman jaraknya kurang lebih 12 kilometer dari tempat itu, maka akhirnya diputuskan untuk membawa para pengungsi dan pasien yang masih mampu berjalan saja. Sementara yang sudah tidak mampu berjalan tetap ditinggal di rumah sakit itu bersama para misionaris. Tepat ketika fajar menyingsing, mereka mulai menjalankan misi itu. Dengan menembus hutan rombongan pengungsi yang dikawal pasukan Letnan Waters berjalan menuju ke perbatasan. Ketika malam tiba, mereka tidak bisa beristirahat terlalu lama karena pasukan pemberontak ternyata terus mengejar mereka. Pada akhirnya sampailah mereka di titik penjemputan helikopter yang akan membawa Dr. Lena dan tim. Rupanya ini adalah ide awal dari pasukan Waters. Mereka sengaja membawa para pengungsi itu sekedar agar Dr. Lena mau diekstradisi. Dengan susah payah Letnan Waters memaksa Dr. Lena masuk helikopter, walaupun Dr. Lena sekuat tenaga meronta tetap tak mampu menandingi tenaga seorang tentara bernama Waters itu. Sementara para pengungsi dibiarkan tetap tinggal dihutan. Begitu helikopter terbang dan melintas di atas sebuah desa, barulah Letnan Waters dan pasukannya melihat dengan mata kepala sendiri. Para pemberontak tidak saja menghancurkan desa itu, tapi juga membunuh penduduknya.
Menyadari bahwa perbuatan yang dilakukannya salah, akhirnya Letnan Waters dan pasukan menyuruh pilot untuk memutar kembali haluan menuju ke para pengungsi yang tadi ditinggalkannya. Sebagian pengungsi diangkut oleh helikopter dan sisanya diputuskan akan dikawal oleh pasukan Letnan Waters hingga ke perbatasan. Begitu melintasi sebuah desa, lagi-lagi rombongan pengungsi yang dikawal oleh pasukan Letnan Waters dan Dr. Lena melihat kebrutalan para pemberontak. Mereka dengan kejam menyiksa dan membunuh rakyat suku Ibo, bahkan tidak segan-segan memperkosa para wanitanya. Disinilah keputusan Letnan Waters dan pasukannya makin kuat untuk mengawal para pengungsi hingga ke perbatasan. Tak lupa diapun melapor ke komandannya Kapten Rhodes bahwa pasukannya tidah hanya mengekstradisi Dr.Lena, tapi bersamanya pula saat itu ada sejumlah pengungsi yang perlu dikawal dengan selamat hingga ke perbatasan. Kapten Rhodes tetap pada pendiriannya bahwa target utama pasukan Waters hanya menyelamatkan Dr. Lena, bukan para pengungsi. Sementara Letnan Waters pun juga tetap bersikukuh akan mengawal para pengungsi. Apalagi ketika satu persatu pasukannya ditanya akan kesanggupan mereka mengawal para pengungsi sampai di perbatasan. Satu persatu pasukannya menyatakan siap dan tidak menganggap lagi para pengungsi sebagai beban mereka
 Yang mengherankan bagi pasukan Waters ini, setiap pergerakan mereka dengan mudah dapat dilacak oleh para pemberontak. Melalui scan monitor satelit terlihat posisi para pemberontak yang semakin mendekat ke mereka. Disinilah Slo curiga bahwa diantara para pengungsi pastilah ada yang membawa peralatan yang bisa mengirimkan sinyal ke para pemberontak. Kecurigaan pasukan Waters ternyata benar, ada seorang pengungsi bernama Gideon yang berusaha melarikan diri saat hendak digeledah. Akhirnya Gideon pun ditembak dan dia pun mengakui kalo dia terpaksa melakukan hal itu karena keluarganya sedang dalam penyanderaan para pemberontak. Disinilah akhirnya juga diketahui bahwa di dalam rombongan para pengungsi ini terselip seorang yang akan terus diburu oleh para pemberontak dimana pun dia berada. Dia adalah Arthur Azuka (Sammi Rotibi), putra Presiden Samuel Azuka yang berhasil selamat. Sebagai satu-satunya putra presiden yang selamat, otomatis dia merupakan pewaris utama yang sah dan berhak menggantikan posisi ayahnya sebagai pemimpin suku Ibo. Karena posisi yang kian dekat, pertempuran pun tak bisa dihindari. Pasukan Waters berusaha menghalau para pemberontak dengan peralatan yang tersedia. Sepanjang pertempuran ini, Waters banyak kehilangan anggota pasukannya, diantaranya adalah Slo, Flea, Lake, dan Sutra. Disinilah terlihat bagaimana pasukan Waters begitu gigih melindungi para pengungsi. Mereka tidak peduli lagi nyawa mereka begitu dekat dengan kematian. Di tayangan ini tampak seorang pasukan Waters yang justru balik arah demi menyelamatkan seorang pengungsi wanita yang tergencet pohon yang tumbang, walaupun usahanya sia-sia karena dia sendiri bersama pengungsi itu pun akhirnya tewas tertembak pemberontak
Adegan demi adegan menegangkan mulai tampak di segmen ini. Saling serang terjadi silih berganti. Waters, Red, dan Zee juga terluka di adegan ini. Tapi mereka tetap bersemangat membawa para pengungsi hingga perbatasan. Mendekati perbatasan, kondisi semakin kacau balau. Di sisa-sisa tenaganya, tak lupa Waters meminta bantuan pesawat tempur guna menghalau para pemberontak yang kian mendekat. Akhirnya datanglah bantuan dua pesawat tempur yang memporakporandakan para pemberontak. Walaupun terluka, Waters dan beberapa pasukannya berhasil membawa sisa para pengungsi sampai di gerbang perbatasan Kamerun. Di gerbang perbatasan Waters dan pasukannya yang selamat telah disambut oleh komandan mereka Kapten Rhodes. Bagaimana para pengungsi begitu senang bisa bertemu kembali dengan para anggota keluarga yang lebih dulu mengungsi.
Merekapun merayakan kebebasan mereka dari para pemberontak dengan bernyanyi bersama sambil mengelilingi Arthur Azuka. Mereka merasa Arthur lebih pantas sebagai kepala suku yang mewarisi sifat-sifat ayahnya. Dengan mengangkat tangannya sambil berseru "Merdeka!", Arthurpun larut dalam suka cita kemenangan bersama para pengungsi lainnya. Sementara Waters dan anggota pasukannya yang terluka segera dilarikan dengan helikopter guna mendapatkan perawatan. Ceritapun diakhiri dengan epilog yang manis dari Edmund Burke, "The only thing necessary for the triumph of evil is for good men to do nothing".


Analisis film  :
         Teori kepemimpinan partisipatif      
Film tersebut menceritakan tentang kepemimpinan yang menggunakan teori Y, karena pada saat pasukan Waters diberikan tugas oleh Kapten Bil Rhodes, pasukan walters mejalankan misi nya dengan baik tanpa adanya ancaman atau pengawasan secara ketat dari Kapten Bil Rhodes. Walaupun misi tampak seperti terjadi sedikit perubahan. Namun pasukan Waters memiliki tanggung jawab yang baik terhadap tugas yang diberikan dan pasukan Waters mengerahkan segala potensi yang dimilikinya demi menyelesaikan tugasnya menyelamatkan Dr. Lena kendricks.
         Teori sistem 4 dari Rensis Likert
Film tersebut termasuk kedalam pemimpin yang bergaya kelompok berpartisipatif atau partisipative group, karena dalam film tersebut terdapat adegan dimana Letnan Waters yang merupakan kepala pasukan penyelamatan bertanya dan meminta pendapat kepada anak buahnya mengenai hal membawa rombongan pengungsi bersama mereka sampai ke daerah perbatasan, atau meninggalkan rombongan tersebut. Letnan Waters tidak begitu saja secara sepihak mengubah misi mereka tanpa mendengar terlebih dahulu pendapat anak buahnya. Anak buah Waters berpendapat untuk membawa rombongan tersebut bersama mereka, karena berpikir bahwa rombongan tersebut sudah menjadi bagian dari mereka pada saat itu, dan akhirnya Letnan Waters pun setuju dengan pendapat anak buahnya dan melanjutkan perjalanan bersama rombongan pengungsi hingga sampai ke perbatasan.
         Teori of Leadership patter choice dari Tannenbaum & Scmidt
Film tersebut termasuk kedalam kepemimpinan pola 2 : “Pemimpin mendefinisikan batas-batas dan meminta kelompok untuk membuat keputusan”. Hal tersebut tampak pada saat Kapten Bil Rhodes memerintahkan Letnan Waters beserta pasukannya dan Dr. Lena kendricks untuk segera meninggalkan rombongan pengungsi dan meninggalkan daerah konflik. Setelah menerima perintah tersebut, Letnan Waters meminta pendapat kepada anak buahnya tentang tanggapan anak buahnya terhadap perintah tersebut, lalu Letnan Waters menggunggkapkan ketidaksetujuannya terhadap perintah Kapten Bil Rhodes dengan alasan kemanusiaan dan menjelaskan tentang kemungkinan kontak senjata yang mungkin terjadi apabila mereka tidak segera meninggalkan daerah konflik. Letnan Waters tidak begitu saja bertanya atau bahkan memberi perintah tanpa menjeleskan alasannya terlebih dahulu.
Mendengar penjelasan Letnan Waters, anak buahnya pun akhirnya setuju dengan pendapat Letnan Waters untuk tidak meninggalkan rombongan pengungsi dan tetap berjalan bersama dengan para rombongan hingga sampai ke perbatasan walaupun terjadi kontak senjata.
         Teori kepemimpina dari konsep Path Goal Theory
Film tersebut termasuk kepemimpinan partisipatif karena pada saat menjalankan misi nya, Letnan Waters tidak mengambil keputusan secara sepihak, melainkan ia mendiskusikan hal tersebut dan meminta saran atau masukan kepada anak buahnya/pasukan yang dipimpinnya. Letnan Waters bahkan bersedia mendengarkan pendapat ataupun pemikiran Dr Lena Kendricks atau bahkan pengungsi. Walau begitu Letnan Waters tetap mengambil keputusan dengan tegas degan mempertimbangkan orang-orang disekitarnya.
Pendapat Kelompok
Kelebihan :
Karakter dan penokohan yang kuat serta Jalan ceritanya sangat menarik dan membuat kita terharu dengan perjuangannya untuk menyelamatkan para pasien. Seorang letnan yang bisa menjaga dan mampu memimpin para pasukanya, serta Rasa iba dari seorang letnan yang angkuh membuat film ini menjadi daya tarik dari para penontonnya.
intinya banyak sekali pesan moral yang bisa diambil dari film ini. Bahwa pada dasarnya setiap peperangan itu pasti akan menelan korban entah itu, harta benda dan nyawa sekalipun. Dan pada akhirnya kejahatan akan kalah oleh kebaikan. Ilustrasi musiknya pun ditata dengan apik oleh Hans Zimmer.

Kami harap film ini dapat membuka hati bagi pada orang-orang seperti letnan tersebut, supaya digerakkan hatinya untuk menolong sesama tanpa memandang suku, budaya dan agama. Karena kita sesama manusia harus saling tolong- menolong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar